Kisah Retna Lestari, Bidadari Cantik dan Cerdik Beserta Ulasan Lengkapnya
Legenda asal-usul Gunung Merapi memang ada beragam. Salah satu versinya terdapat pada dongeng cerita rakyat Retna Lestari.
Legenda ini mengisahkan tentang seorang bidadari cantik jelita bernama Retna Lestari. Tak hanya cantik, ia juga cerdik. Karenanya, dewa mengutus bidadari ini turun ke bumi untuk menjalankan suatu misi.
Misi apakah itu? Penasaran dengan kisah Retna Lestari selanjutnya? Tak perlu berbasa-basi lagi, yuk, langsung saja baca kisahnya di artikel ini! Tak hanya ceritanya saja, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan.
Dongeng Cerita Rakyat Retna Lestari
Pada zaman dahulu kala, di sebuah hutan belantara, hiduplah raksasa bernama Kyai Bakuh. Dalam bahasa Jawa, Bakuh diambil dari kata bakoh yang berarti kuat dan kekar. Itu berarti, raksasa ini tak hanya bertubuh tinggi besar, tapi juga kuat dan sangat kekar.
Mulutnya lebar dan besar dengan gigi-gigi dan taring yang tajam. Suaranya pun sangat keras memekakkan telinga yang mendengar. Setiap hari, ia mencabik-cabik dan memakan tubuh binatang, seperti rusa, kijang, atau kancil dengan giginya yang tajam itu.
Meski bertubuh besar, Kyai Bakuh dapat berlari dengan cepat. Karenanya, tak ada satu pun hewan yang berhasil lolos dari jeratannya. Karena setiap hari menyantap hewan, lama kelamaan hutan belantara itu makin lengang.
Tak sedikit binatang yang memutuskan keluar dari hutan dan masuk ke pedesaan warga untuk menyelamatkan diri. Kyai Bakuh pun kesulitan mencari mangsa. Ia berkeliling hutan tapi tak menemukan satu pun mangsa.
“Ke mana perginya para hewan? Tak satu pun ada yang menampakkan diri. Aku sangat kelaparan,” ucap Kyai Bakuh.
“Kalau begini terus, aku bisa-bisa mati. Hmm, nampaknya aku harus masuk perkampungan para warga. Di sana pasti banyak mangsa yang lezat. Hahaha,” imbuhnya.
Kyai Bakuh lalu mendatangi kampung. Tak hanya hewan ternak saja yang jadi santapan, manusia pun ia makan. Para warga sangat panik dan ketakutan. Mereka tak tahu harus berbuat apa agar bisa selamat dari raksasa.
Perbincangan Para Dewa
Kekacauan yang Kyai Bakuh timbulkan terdengar hingga kayangan. Salah satu utusan dewa melapor bahwa salah satu desa sedang tak aman.
“Tuan, suasana di bumi sangat kacau. Kyai Bakuh tak ada hentinya memangsa manusia dan hewan. Apa yang harus kita lakukan, Tuan?” ucap salah satu utusan dewa.
“Kita harus mencari cara untuk menghentikan Kyai Bakuh. Para hewan dan manusia harus kita selamatkan,” ucap sang Dewa.
“Lantas, bagaimana cara kita menghentikannya, Tuan?” jawab utusan itu. Sang Dewa lalu meminta utusannya untuk memanggil bidadari cantik dan cerdik bernama Retna Lestari.
“Retna, kau tentu sudah mendengar kabar bahwa bumi sedang tak baik-baik saja. Ada raksasa rakus yang menyantap manusia dan hewan,” ucap sang Dewa.
“Tentu hamba sudah mendengarnya, Tuan. Raksasa itu sangatlah mengganggu ketenangan para warga,” ucap bidadari cantik ini.
“Oleh karena itu, kuutus kau pergi ke bumi. Berilah Kyai Bakuh hukuman yang kan membuatnya jera. Aku yakin kau bidadari cerdik yang punya seribu cara untuk mengalahkannya,” perintah sang Dewa.
“Baiklah, Tuan. Aku akan segera turun ke kayangan. Akan kuberi pelajaran raksasa keji itu,” jawab Retna Lestari sembari undur diri.
“Tuan, apakah tak mengapa mengutus bidadari cantik ini untuk mengatasi raksasa? Bagaimana kalau raksasa itu berbuat macam-macam?” tanya salah seorang utusan.
“Tenang saja! Aku percaya ia bisa mengatasi raksasa itu. Jangan kau sepelekan Retna hanya karena ia wanita,” jawab sang Dewa.
“Baik, Tuan. Maafkan hamba. Hamba tak bermaksud merendahkan bidadari Retna,” ucap utusan itu merasa bersalah.
Bidadari Mengelabuhi Raksasa
Sesampainya di hutan belantara, Retna Lestari lalu duduk di sebuah batu bawah pohon. Ia menunggu kedatangan Kyai Bakuh sambil menyusung rencana untuk memberi pelajaran pada raksasa ini.
Tak selang lama, Kyai Bakuh datang. Ia lalu memandang Retna dengan tatapan terpukau. “Makhluk dari manakah engkau perempuan cantik? Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Kyai Bakuh.
“Aku penghuni hutan ini,” jawab wanita cantik itu sambil membelai bunga indah.
“Tak mungkin. Aku sudah lama tinggal di hutan ini, tapi kenapa baru kali ini aku melihatmu?” tanya sang raksasa.
“Hmm, kamu saja yang tak memperhatikanku. Padahal, setiap hari aku memandangmu. Tampaknya, kamu hanya fokus pada binatang-binatang yang kan kau makan. Sampai-sampai kau tak melihat aku,” ucap sang bidadari membohongi raksasa.
“Benarkah? Kalau begitu, maukah kau menjadi istriku?” ucap Kyai Bakuh.
“Tentu saja aku tak mau. Kau sukanya memakan manusia. Aku takut menjadi santapanmu,” jawab bidadari.
“Aku tak akan memakanmu. Tenang saja. Mana tega aku memakan wanita cantik sepertimu. Kau cocoknya kujadikan istri, bukan makanan,” ucap Kyai Bakuh menggoda bidadari.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, sebelum menikah, aku punya syarat yang harus kau penuhi dulu,” ucap Retna.
“Syarat apakah itu? Apa pun yang kau minta, pasti kan kukabulkan,” jawab raksasa.
Lalu, bidadari cantik ini mengatakan bahwa ia ingin memegang langit kemerahan saat senja tiba. Dengan rencana tersebut, ia bermaksud menjebak raksasa.
Raksasa yang Bodoh
Sumber: YouTube – Rona Amalina“Syaratnya cuma itu saja. Aku hanya ingin memegang langit kemerahan. Bisakah kau mengabulkannya?” pinta bidadari.
“Tentu saja bisa. Tubuhku ini tinggi dan besar. Kau bisa naik ke pundakku. Lalu, raihlah langit yang indah itu,” jawabnya.
“Aku tidak mau. Bagaimana kalau mulutmu yang besar itu tiba-tiba memakanku?” pungkas bidadari.
“Percayalah, aku tak akan memakanmu. Kalau tak mau, bagaimana kalau kamu aku angkat dengan tangan-tanganku? Aku ini kuat. Mengangkat tubuhmu bukanlah hal sulit bagiku,” ucap Kyai Bakuh.
“Aku tetap tidak mau. Aku takut kuku-kukumu yang tajam itu melukaiku. Memangnya kamu ingin aku terluka?” jawab sang bidadari.
Kyai Bakuh pun kebingungan. Ia tak tahu lagi harus bagaimana untuk mengabulkan permintaan bidadari. Ia sudah mencoba menyatakan segala rencananya, tapi Retna Lestari selau menolaknya.
“Lantas, apa yang bisa aku lakukan? Kalau kamu terus-terusan menolak saranku, langit itu tak mudah kau raih,” ucap raksasa yang mulai geram.
Wanita berkulit putih itu lalu mengutarakan keinginannya. Ia meminta raksasa menelungkup di tanah. Selanjutnya, ia akan berdiri di atas pungunggnya agar bisa meraih langit kemerahan.
Tanpa pikir panjang, Kyai Bakuh menyetujui saran sang bidadari. Saat senja tiba, raksasa menelungkupkan tubuhnya. Retna lalu menaiki punggung raksasa yang lapang itu.
“Tampaknya punggungmu kurang tinggi. Aku tak bisa meraih langitnya. Bagaimana kalau aku mengambil batu, agar aku makin tinggi?” tanya bidadari.
“Lakukan semaumu. Tubuhku sangatlah kuat. Menahan bebatuan bukan hal yang sulit,” ucap raksasa.
Menumpuk Bebatuan
Lalu, bidadari itu mulai menumpuk satu persatu batu di atas punggung raksasa. Dengan kekuatannya, Retna Lestari juga meletakkan batu besar.
“Sudahkah tanganmu menjangkau langit itu?” tanya raksasa.
“Belum, Kyai. Tampaknya aku harus menambah batu-batunya lagi. Apa kau keberatan?” tanya sang bidadari.
“Tentu saja tidak,” jawabnya.
Tanpa henti Retna Lestari menumpuk batu-batu di punggung Kyai Bakuh. Lama kelamaan tumpukan itu makin tinggi hingga menimbun kepala raksasa.
Tubuhya yang besar tak kuasa bergerak. Hanya kakinya saja yang bisa ia gerakkan. Ia pun menggerak-gerakkan kakinya, menghindarkan diri dari timbunan batu.
“Kyai, janganlah kau bergerak. Kalau aku jatuh, bagaimana?” ucap sang bidadari.
“Tapi aku tak bisa bernafas. Timbunan batu ini menyesakkan dadaku,” teriak sang raksasa.
“Bersabarlah, Bakuh! Sebentar lagi aku bisa meraih langit kemerahan itu,” ucap Retna.
“Kalau begitu, cepatlah kau raih langitnya. Aku sudah tak kuasa menahan beratnya batu-batu ini,” teriak Kyai Bakuh.
Tak lama kemudian, Ratna berkata,”Bakuh, tampaknya aku butuh satu tumpukkan batu lagi, agar kedua kakiku bisa berpijak,”
Tanpa menunggu izin, cepat-cepat sang bidadari mengambil bebatuan dan menumpuknya di bagan kaki Kyai Bakuh. Sehingga, terbentuklah dua tumpukan batu yang menyerupai gunung pada punggung dan kaki raksasa.
Terbentuklah Gunung Merapi dan Merbabu
Karena sudah tak sanggup lagi, raksasa meminta bidadari untuk segara menurunkan batu-batu itu. “Segera kau raih langitnya, lalu turunkan bebatuan ini dari tubuhku. Aku sudah tak tahan,” teriak raksasa.
Tapi, Retna tak menjawab perkataan raksasa. Ia terus menambahkan bebatuan pada tubuh raksasa ini. “Kenapa kau malah menambah batunya? Cepat turunkan dari tubuhku,” ucap raksasa geram.
Tapi, sang bidadari mengabaikan raksasa. Setelah merasa bebatuannya cukup untuk menahan tubuh raksasa, Retna Lestari pergi meninggalkannya.
Kyai Bakuh terus-terusan memanggil wanita cantik itu. Tapi, tak ada suara sahutan terdengar. “Kenapa kau diam saja? Cepat kau ambil batunya dari tubuhku!” teriak raksasa.
Raksasa lalu tersadar, bahwa ia telah tertipu. Ia meronta sekuat tenaga dan mencoba untuk bangun. Akan tetapi, tumpukan batu-batu itu terlalu kuat. Ia tak kuasa bangun.
Bebatuan yang menimbun raksasa ini akhirnya menjadi dua gunung. Tumpukan yang terletak di bagian kepala menjadi Gunung Merapi. Sedangkan satunya lagi menjadi Gunung Merbabu.
Apabila terdengar suara menggelegar dari Gunung Merapi, para warga meyakini bila itu adalah suara Kyai Bakuh yang sedang marah-marah. Ketika sesekali tanah sekitar gunung bergetar, warga meyakini bahwa Kyai Bakuh sedang mencoba membebaskan dari dari timbunan batu.