KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

Uncategorized

Kisah Asal Mula Tombak Kyai Pleret dan Ulasannya, Peninggalan Kerajaan Mataram yang Legendaris

Yogyakarta memiliki beragam cerita rakyat, salah satunya adalah tentang asal mula tombak Kyai Pleret. Jika belum familier dengan kisahnya, kamu bisa menyimak uraian legenda itu dalam artikel ini. Langsung cek aja, yuk!

Asal mula tombak Kyai Pleret merupakan salah satu kisah yang populer dalam kebudayaan sastra Jawa. Alasannya, senjata itu sering disebut dipegang oleh para keturunan raja Jawa dan memiliki kekuatan mistis.

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang tumenggung yang menjadi menjadi pemimpin di suatu daerah di Jawa Timur. Ia bernama Tumenggung Wilatikta. Laki-laki ini dikenal sebagai pemimpin yang berwibawa dan disegani oleh penduduk sekitar.

Tumenggung Wilatikta memiliki dua orang anak, seorang laki-laki dan perempuan. Anak pertamanya bernama Raden Sahid, sedangkan adiknya dipanggil Rasa Wulan. Kakak beradik ini memiliki hubungan yang dekat.

Pada suatu hari, Tumenggung Wilatikta memanggil kedua anaknya. Kepada Raden Sahid ia berkata, “Sahid, kau sudah beranjak dewasa dan nantinya akan menggantikan kedudukan ayah sebagai tumenggung.”

Raden Sahid menyimak dengan seksama perkataan ayahnya. Ia duduk bersama adiknya di hadapan sang ayah tercinta dengan kepala menunduk. Hal itu menunjukkan rasa hormat kedua anak ini untuk sang tumenggung.

“Maka dari itu, aku dan ibumu berharap untuk kau segera menikah sebelum resmi menjadi tumenggung. Katakan kepada ayah siapa gadis yang menurutmu cocok dijadikan sebagai istrimu. Biarlah nanti ayah yang akan melamarnya,” lanjut Tumenggung Wilatikta.

Gejolak Hati Raden Sahid dan Rasa Wulan

Setelah mendengarkan permintaan ayahnya, Raden Sahid hanya duduk termenung. Dalam hatinya, ia sebenarnya belum memiliki niat untuk menikah. Namun, ia tidak berani membantah permintaan ayah beserta ibunya dan membuat orangtuanya bersedih.

Tumenggung Wilatikta yang melihat anak laki-lakinya diam saja bingung. Ia kemudian bertanya pada Raden Sahid apakah putranya itu tidak ingin menyanggupi permintaan ayahnya.

“Bukan begitu, Ayah. Hanya saja saya masih mempertimbangkan calon wanita yang pantas untuk dinikahi dan saya tidak bisa terburu-buru untuk memutuskannya,” terang Raden Sahid.

Tumenggung Wilatika lalu membiarkan anak laki-lakinya untuk berpikir terlebih dahulu. Setelah itu, giliran Rasa Wulan yang duduk di depan ayahnya. Sang tumenggung kemudian menyuruh anak perempuannya untuk menyiapkan diri jika ada lamaran yang datang.

Tanpa mempertanyakan perintah ayahnya, diceritakan dalam asal mula tombak Kyai Pleret bahwa Rasa Wulan hanya mengangguk dan pamit undur diri. Perempuan ini sebenarnya belum siap untuk menikah tapi tidak berani membantah karena takut dimarahi seperti kakaknya.

Kaburnya Raden Sahid dan Rasa Wulan

Malam harinya, Raden Sahid yang merasa gelisah tidak bisa tidur hingga larut malam. Ia terus berpikir tentang perintah ayahnya untuk menikah. Karena tidak ingin dipaksa oleh ayahnya, laki-laki ini akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumahnya.

Kepergian Raden Sahid tak diketahui siapa pun, kecuali Rasa Wulan. Perempuan ini baru menyadari kepergian kakaknya setelah mengetahui keadaan kamar Raden Sahid yang kosong. Rasa Wulan bertanya-tanya kenapa kakaknya kabur sendirian.

Sebelum semua penghuni rumah Tumenggung Wilatikta bangun, Rasa Wulan buru-buru mengemasi barang-barangnya dan kemudian pergi dari rumah. Kepergian dua anak Tumenggung Wilatikta tidak diketahui hingga malam hari.

Sang tumenggung lalu menyuruh semua bawahannya untuk mencari kedua anaknya. Sayangnya, usaha Tumenggung Wilatikta berakhir sia-sia karena tak ada seorang pun suruhannya yang berhasil menemukan Raden Sahid dan Rasa Wulan.

Tahun demi tahun berlanjut, Raden Sahid yang sibuk mengembara telah mengalami beragam penderitaan dan pengalaman pahit. Ia juga dikisahkan menjadi seorang berandal di sebuah hutan yang merampas harta dari orang-orang kaya untuk kemudian dibagikan ke orang-orang miskin.

Sementara itu, Rasa Wulan yang berharap bisa bertemu dengan kakaknya ternyata harus menelan kekecewaan. Perempuan ini tak berhasil menemukan ke mana kakaknya pergi. Ia pun memutuskan untuk bertapa ngidang di tengah hutan Glagahwangi.

Pertemuan Rasa Wulan dan Syekh Maulana Maghribi

 

Selanjutnya dalam asal mula tombak Kyai Pleret, dikisahkan bahwa di dalam hutan Glagahwangi, terdapat sebuah danau yang bernama Sendhang Beji. Di pinggiran danau terdapat sebatang pohon besar yang tumbuh mencondong menaungi danau dan memberikan pemandangan yang asri.

Salah satu cabang pohon itu menjadi tempat bertapa seorang laki-laki yang bernama Syekh Maulana Maghribi. Ia melakukan tapa ngalong, yakni bertapa seperti kelelawar yang sedang tidur di pohon.

Pada suatu hari yang cerah, Rasa Wulan bermaksud untuk mandi di Sendhang Beji yang airnya jernih dan segar. Ia pun tanpa berpikir panjang menanggalkan seluruh pakaiannya dan mulai membersihkan diri.

Rasa Wulan tidak sadar bila ada laki-laki lain yang sedang bertapa di salah satu cabang pohon di tepi danau. Syekh Maulana Maghribi yang melihat kecantikan Rasa Wulan tanpa sengaja meneteskan air maninya ke air danau.

Ketika Rasa Wulan sibuk menyiramkan air danau ke tubuhnya, tiba-tiba saja perut wanita ini membesar. Ia kemudian buru-buru keluar dari danau dan mencari-cari apakah ada orang lain di situ.

Rasa Wulan menemukan Syekh Maulana Maghribi yang sedang bertapa di salah satu cabang pohon di tepi danau. Ia segera mendekati laki-laki itu dan meminta pertanggungjawaban padanya.

Munculnya Tombak Kyai Pleret

“Kenapa kau berbuat seperti itu kepadaku?” protes Rasa Wulan kepada Syekh Maulana Maghribi sembari menunjuk-nunjuk laki-laki ini. Syekh Maulana Maghribi mulanya diam saja sebelum akhirnya melakukan pengelakan.

“Bagaimana kau bisa menuduhku kalau aku yang menghamilimu?” ujar laki-laki ini. Rasa Wulan yang mendengar pertanyaan itu tetap bersikukuh meminta pertanggungjawaban karena tak ada laki-laki lain.

Syekh Maulana Maghribi kemudian melepaskan kemaluannya dan menyingkapkan sarungnya kepada Rasa Wulan untuk menunjukkan bahwa ia bukanlah laki-laki. Ia berharap setelah menghilangkan kemaluannya, tuduhan Rasa Wulan menjadi tidak terbukti.

Namun, Rasa Wulan tetap tidak menerima penjelasan Syekh Maulana Maghribi. Laki-laki ini pun menyerah dan menyanggupi permintaan Rasa Wulan dan akan bertanggung jawab untuk merawat bayi yang dikandung oleh wanita ini.

Setelah bayinya lahir, Rasa Wulan menyerahkan anaknya kepada Syekh Maulana Maghribi untuk dirawat hingga dewasa. Laki-laki ini kemudian memberikan nama Kidangtelangkas pada putranya itu.

Sementara itu, kemaluan Syekh Maulana Maghribi yang sebelumnya telah dicabut secara ajaib berubah menjadi sebilah mata tombak. Tombak yang dinamai Kanjeng Kyai Pleret itu kemudian dijadikan sebagai sipat kandel (senjata andalan) raja-raja Jawa.

Tombak Kyai Pleret diwariskan secara turun-temurun kepada raja-raja yang bertahta. Sekarang, tombak itu dianggap sebagai peninggalan senjata pustaka dari Kerajaan Mataram. Begitulah cerita rakyat asal mula tombak Kyai Pleret yang telah melegenda.

Unsur Intrinsik Kisah Asal Mula Tombak Kyai Pleret

Setelah mengetahui tentang legenda asal muasal tombak Kyai Pleret, maka ulasan tentang unsur-unsur intrinsiknya tidak boleh kamu lewatkan. Yuk, simak informasi lengkapnya dalam pembahasan berikut!

1. Tema

Tema atau inti cerita dalam dongeng tombak Kyai Pleret adalah tentang pertanggungjawaban. Rasa Wulan meminta Syekh Maulana Maghribi untuk bertanggung jawab karena telah membuatnya hamil.

2. Tokoh dan Perwatakan

Tokoh-tokoh yang disebutkan dalam cerita rakyat asal mula tombak Kyai Pleret adalah Tumenggung Wilatikta, Raden Sahid, Rasa Wulan, serta Syekh Maulana Maghribi. Tumenggung Wilatikta dijelaskan sebagai sosok pemimpin yang berwibawa tapi cenderung berkepribadian keras.

Sementara itu, Raden Sahid adalah seorang pemuda yang berpendirian teguh dan hormat kepada orangtuanya. Namun, karena sang ayah menginginkan Raden Sahid untuk segera menikah, ia pun memutuskan untuk kabur dari rumah.

Rasa Wulan merupakan karakter yang berpendirian teguh seperti kakaknya. Ia sangat menyayangi kakaknya sehingga sempat merasa kecewa setelah ditinggalkan oleh Raden Sahid. Wanita ini diungkapkan sebagai sosok yang mandiri, kuat, dan berani.

Syekh Maulana Maghribi sendiri diungkapkan sebagai karakter yang memiliki banyak akal. Meskipun awalnya laki-laki ini mengelak untuk bertanggung jawab, pada akhirnya ia menerima dan merawat anak Rasa Wulan.

3. Latar

Latar atau tempat kejadian yang disebutkan dalam kisah di atas adalah rumah Tumenggung Wilatikta, Hutan Glagahwengi, dan Sendhang Beji. Sementara itu, hutan tempat di mana Raden Sahid merampas harta orang kaya tidak disebutkan namanya.

4. Alur

Alur atau jalan cerita asal mula tombak Kyai Pleret termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Legenda di atas diawali dengan perkenalan karakter Tumenggung Wilatikta beserta kedua anaknya, Raden Sahid dan Rasa Wulan.

Dongeng kemudian berkembang di mana Raden Sahid dan Rasa Wulan kabur dari rumah mereka. Puncak konflik terjadi ketika Rasa Wulan tiba-tiba hamil padahal ia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki.

Perdebatan antara Rasa Wulan dan Syekh Maulana Maghribi soal tanggung jawab untuk mengurus anak yang dikandung Rasa Wulan. Pada akhirnya, anak Rasa Wulan tombak-kyai-pleret/”>dirawat oleh Syekh Maulana Maghribi dan kemaluannya yang dicabut secara ajaib berubah menjadi sebilah mata tombak.

5. Pesan Moral

Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu ambil dari kisah asal Yogyakarta ini. Pertama, sebaiknya berdiskusi kepada orangtua tentang keinginanmu supaya kamu dan orangtua sama-sama saling memahami alasan masing-masing.

Kedua, jika melakukan kesalahan, sebaiknya kamu akui dan segera minta maaf daripada memberikan alasan yang bermacam-macam. Jadilah pribadi yang bertanggung jawab dan belajar dari kesalahan supaya tidak mengulanginya kembali.

Selain unsur intrinsik, cerita rakyat asal mula tombak Kyai Pleret ini juga mengandung unsur ekstrinsik. Yakni nilai-nilai penting yang berasal dari luar kisahnya, seperti nilai moral, sosial, dan budaya yang berlaku di masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *