KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

CERITA INDONESIA

Kisah Mulan dari Tiongkok Dongeng Seorang Perempuan Tangguh yang Menyamar Menjadi Prajurit

Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik bernama Hua Mulan di sebuah desa kecil di Tiongkok. Ia tinggal bersama dengan adik, ibu, ayah, dan neneknya.

Ayahnya bernama Hua Zhou yang merupakan salah satu senior prajurit kekaisaran. Waktu Mulan kecil, ia kerap melihat sang ayah berlatih dengan pedang. Hal itu membuat Mulan sangat tertarik pada pedang.

Ketika gadis cantik ini tumbuh dewasa, ia kerap mencoba memakai baju besi milik sang ayah. Ia sangat menyukai baju perang itu.

“Oh, Mulan, apa yang sedang kau lakukan dengan baju besi ayah?” tanya Hua Zhou saat mendapati anak gadisnya mengenakan baju prajurit.

“Ayah, lihatlah, bukankah baju besi milik ayah ini sangat cocok aku pakai? Aku juga ingin menjadi prajurit seperti ayah,” ucap Mulan.

“Kamu tidak bisa menjadi prajurit anakku,” jawab sang ayah.

“Kenapa aku tidak bisa menjadi prajurit seperti ayah?” tanya gadis itu.

“Karena perempuan tidak diizinkan terjun ke dunia peperangan, anakku. Kau tidak mengerti bahwa medan pertempuran itu sangat kejam. Nyawa adalah taruhannya,” jelas sang ayah.

“Aku tidak takut. Aku bisa belajar menggunakan pedang hingga semahir ayah. Tentu saja ayah bisa mengajariku menjadi prajurit hebat,” jawab sang gadis antusias.

“Tidak bisa, Anakku. Perempuan itu lemah. Kamu bisa terluka bila menjadi seorang prajurit. Tugasmu adalah di rumah,” jelas sang ayah.

“Siapa bilang, yah? Aku rasa, bila perempuan dilatih, ia juga akan sehebat pria di medang perang,” ucap sang anak perempuan.

“Kamu benar, Anakku, tapi seorang jenderal istana tak akan membiarkan perempuan masuk ke dalam medan perang,” ucap sang ayah.

Mengikuti Kontes Kecantikan

Setelah berbincang-bincang dengan sang ayah, Mulan merasa sedikit kecewa. Ia sedih karena tak mendapatkan kesempatan menjadi seorang prajurit meski ia sangat menginginkannya.

Bahkan, secara diam-diam, ia kerap belajar pedang milik ayahnya. Ia melihat ayahnya mengayunkan pedang, lalu ia mempraktekannya diam-diam. Jika nenek atau ibu mendapati dirinya berlatih pedang, mereka akan marah besar.

Pada suatu hari, ketika Mulan sedang asyik berolahraga, sang nenek tiba-tiba memanggilnya. “Mulan, cucuku, kemarilah, Nak. Ada yang nenek ingin bicarakan kepadamu,” ucap sang nenek.

“Iya, Nek, ada apa?” jawab gadis cantik itu dengan napas yang terengal-engal.

“Cucuku, 3 hari lagi akan ada kontes kecantikan. Setiap wanita muda di desa ini wajib ikut. Artinya, kau juga harus mengikutinya,” ujar sang nenek.

“Nek, apa kau tak salah mengatakan itu padaku? Aku lebih suka bermain pedang atau menjadi prajurit, kenapa nenek memintaku mengikut kontes kecantikan? Aku tak mau!” ucap Mulan menolak.

“Perintah ini bukan sesuatu yang bisa kamu bantah, nak. Kamu perempuan. Kamu wajib mengikuti kontes kecantikan,” ucap nenek.

“Tapi, nek. Tak bisakah kau menyuruhku mengikuti kontes bermain pedang saja?” jawab Mulan tetap tak ingin ikut kontes kecantikan.

“Begini saja, jika kau mau mengikuti kontes kecantikan dan menang, nenek dan ibumu akan mengizinkanmu berlatih pedang,” ujar nenek.

“Benarkah? Kalau begitu, aku mau ikut kontes itu. Tapi, nenek jangan ingkar janji, ya!” ujar Mulan.

Berlatih Menjadi Feminin

Mulan ingin memenangkan kontes kecantikan. Sebab, ia ingin berlatih pedang dengan leluasa. Agar memenangkan kontes, ia berlatih berjalan bak putri.

Ia juga belajar berbicara dengan lemah lembut. Menjadi gadis yang feminin membuatnya lelah. “Hah, kenapa menjadi gedas lemah lembut sangatlah melelahkan?” ucapnya mengeluh.

“Seandainya perempuan bisa menjadi prajurit perang. Aku sangat ingin mengayunkan pedang dengan lantang,” imbuhnya.

Tiga hari pun telah berlalu. Saatnya Mulan ikut audisi kontes kecantikan. Sebelum itu, sang nenek dan ibu mendadaninya. Mereka juga meminta gadis cantik ini menggunakan gaun yang indah.

Mulan yang telah berdandan dan memakai gaun itu tampak sangat cantik. Namun, ia merasa kurang percaya diri.

“Nenek, ibu, bukankah dandananku terlalu berlebihan? Aku rasa aku tak percaya diri,” ucap gadis itu.

“Tidak anakku. Kamu tampak cantik seperti seorang putri,” ucap sang ibu mencoba menenangkan anaknya.

Meski tak percaya diri, Mulan ditemani nenek dan ibunya mendatangi tempat audisi kontes. Ia memasuki ruangan seorang diri. Agar tak terlalu takut, ia mengantongi sahabatnya, si jangkrik.

Audisi Kontes Kecantikan

Mulan lalu memasuki sebuah ruangan untuk wawancara soal kontes kecantikan. Ia bertemu dengan seorang penilai yang melontarkan beberapa pertanyaan, “Jadi, kamu adalah Mulan, anak perempuan dari prajurit kaisar? Lantas apa hobimu?”

“Iya. Saya adalah putri dari Hua Zhou. Hobi saya? Emm…” Mulan tampak bingung menjawab pertanyaan itu. Ia khawatir bila berkata jujur akan mempengaruhi penilaiannya.

“Iya, jadi apa hobi atau kegiatan yang kerap kamu lakukan?” tanya si penilai lagi.

Tak ingin berbohong, ia pun mengatakan yang sejujurnya. “Sebenarnya, hobiku adalah berkelana dan melatih kemampuanku berpedang,” jawabnya.

“Hmm, begitu, ya. Lantas, apa menurutmu arti kecantikan itu?” tanya sang penilai.

“Emm, menurutku cantik itu tak hanya dinilai dari luar saja, tapi juga dari dalam. Seorang yang bersikap baik dan memiliki hati yang tulus akan memancarkan kecantikan tersendiri,” jelas Mulan.

“Jawabanmu sungguh cerdas dan menarik,” kata sang penilai.

Mulan merasa lega melihat ekspresi penilai tampak senang. Namun, tiba-tiba saja jangkriknya keluar dari kantong. Jangkrik itu melompat ke sana ke mari membuat Mulan panik.

Tak lama setelah kemudian, si jangkrik menempel di wajah sang penilai. Karena merasa ketakutan, penilai itu pun berteriak. “Apa ini? Apa ini? Kenapa hewan ini bisa menempel di wajahku?” Teriaknya heboh.

Kemudian, Mulan bermaksud menampar jangkrik dengan tangannya. Namun, justru wajah sang penilailah yang terkena tamparannya.

Sang penilai marah besar dan menganggap Mulan adalah gadis yang kasar. “Kau dan jangkrik kurang ajarmu itu keluar dari ruangan ini sekarang juga!” perintah wanita tua alias si penilai itu.

“Ta..tapi, aku hanya ingin membantumu,” ujar gadis cantik berambut panjang itu.

“Aku tak mau dengar penjelasanmu. Keluar!” ucap si penilai geram.

Mengadu Kepada Ayah

Mulan ke luar ruangan dengan wajah penuh kekecewaan. “Aku tidak dapat mengikuti kontes kecantikan ini. Berarti aku tidak bisa memenangkannya dan tak mendapat kesempatan untuk berlatih perang,” ucapnya dalam hati sambil bersedih.

Ia lalu menemui ibu dan neneknya yang sudah menanti di luar. “Bagaimana Mulan? Kau lolos audisi?” tanya sang nenek.

“Ibu, kau tak perlu bertanya. Lihatlah raut wajahnya. Menunjukkan kalau ia tak lolos audisi,” ujar sang ibu.

“Benar kata ibu, nek. Aku tak lolos audisi kontes kecantikan ini. Aku ingin segera pulang dan menemui ayah,” ucapnya dengan wajah penuh kesedihan.

Setibanya di rumah, Mulan langsung memeluk sang ayah dam menangis tersedu-sedu. Ia memang sedekat itu dengan ayahnya.

“Ayah, aku gagal mengikuti audisi kecantikan. Tapi, aku menangis bukan karena itu. Aku ingin sekali berlatih pedang. Tak bisakah ayah mengizinkanku mengenakan pedang dan baju perang?” ucapnya sambil menangis.

“Ayah tak benar-benar melarangmu berlatih pedang, anakku. Bahkan, selama ini ayah tahu kamu kerap diam-diam berlatih menggunakan pedang ayah. Apakah ayah marah? Tentu saja tidak. Ayah mengerti gadis ayah yang satu ini memiliki kebiaasan yang beda dari anak gadis yang lain. Ayah tak mempermasalahkan itu,” jelas sang ayah.

“Hanya saja, keunikanmu itu kurang diterima oleh di negari ini. Ayah tak ingin kamu terluka karena perkataan orang lain. Karena itu, ayah mengizinkanmu berlatih pedang tapi secara diam-diam,” imbuh sang ayah dengan bijak.

“Meski harus berlatih secara diam-diam, aku tak mempermasalahkannya, ayah. Aku hanya ingin ayah mengizinkanku,” ucap Mulan sambil memeluk sang ayah.

Utusan Kerajaan Membawa Berita Penting

Setelah mereka mengobrol, tiba-tiba saja ada utusan dari kerajaan yang meminta seluruh warga untuk berkumpul di lapangan. Ia hendak menyampaikan perintah dari sang raja.

“Wahai seluruh warga, ada informasi penting dari Raja. Bangs Huns dikabarkan akan menyerang negeri kita dalam waktu dekat ini. Karena pasukan kerajaan terlampau sedikit, kami meminta setiap keluarga untuk menyerahkan 1 perwakilan pria untuk menjadi prajurit. Demikian informasi dari Raja,” jelas sang utusan kerajaan itu.

Setelah mendengar pengumuman itu, Mulan dan keluarganya pun berkumpul. “Karena aku satu-satunya pria dewasa di rumah ini, maka aku yang akan menjadi perwakilan kerajaan. Lagipula aku ini adalah senior di keprajuritan istana,” ucap sang ayah.

“Aku tidak setuju, yah! Ayah terlalu tua untuk ikut perang. Ditambah lagi, kaki ayah sedang sakit. Untuk berjalan saja ayah mengalami kesulitan. Aku tak ingin ayah terluka,” ucap Mulan.

“Kita tidak punya pilihan anakku. Adikmu masih terlalu muda. Ayah berjanji akan menjaga diri dan kembali ke rumah dengan selamat,” ucap sang ayah.

Mau tak mau, Mulan menyepakati keputusan ayahnya. Namun, sebenarnya ia tak inginkan sang ayah pergi berperang. Saat malam datang, tiba-tiba saja Mulan mendapatkan ide.

“Aku bisa pergi menjadi perwakilan menggantikan ayah. Tinggal aku pakai saja seragam perang ayah dan aku akan menyamar menjadi anak laki-laki,” ucap gadis pemberani itu.

“Dengan begitu, ayah tak perlu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan negeri ini. Aku juga bisa turut berkontribusi dalam menyelamatkan negeri. Benar, aku harus melakukannya,” ucap Mulan dalam hati.

Menyamar Menjadi Anak Laki-Laki

Setelah berpikir demikian, tepat di pagi buta, di saat ayam bahkan belum berkokok, Mulan memakai baju prajurit milik ayahnya. Ia juga mengambil pedang milik sang ayah.

Secara diam-diam, ia menuntun kuda hingga agak jauh dari rumahnya lalu menungganginya. “Maafkan aku ayah, ibu, adik, nenek. Aku pergi tanpa pamit. Doakan aku bisa membela negeri ini,” ucap gadis itu dalam hati.

Rupanya, sang ibu menyaksikan Mulan sedang menaiki kuda dengan baju perang. Ibu tak kuasa untuk melarang anaknya.

Sang ibu sebenarnya merasa takut, ia lalu berdoa, “Leluhurku, tolong selamatkan kami. Lindungi anakku. Izinkan ia mengabdi pada negeri ini dan menggantikan ayahnya yang sudah tua.”

Doa itu rupanya didengar oleh leluhur. Untuk menjaga Mulan, leluhur mengirimkan seekor naga kecil bernama Mushu.

Secara diam-diam, ia bertugas untuk menjaga gadis cantik itu selama menjadi prajurit. Jadi, ke mana pun Mulan pergi, Mushu selalu mengikutinya.

Menuju ke Jenderal Kekaisaran Kerajaan

Meski sempat takut dan cemas, Mulan perkasa membulatkan tekatnya untuk menemui Jenderal Kekaisaran di Kerajaan. “Ayah berkata jika jenderal tak ingin ada wanita menjadi prajurit. Bagaimana kalau ia tahu jika aku adalah perempuan? Apakah dia akan membunuhku? Tapi, dengan pakaianku seperti ini, ia mungkin tak tahu jika aku aslinya adalah perempuan,” ucapnya dalam hati di sepanjang perjalanan.

Ia tahu perempuan tak diizinkan bertempur. Tetapi, ia juga tahu, cintanya untuk sang ayah dan negaranya berasal dari hatinya. Saat ini, ia tak peduli apakah ia laki-laki atau perempuan. Yang ia tahu, ia adalah seorang pejuang.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya gadis cantik itu sampai juga di tempat para prajurit menerima pelatihan. Ia lalu menemui Jenderal yang ternyata masih sangat muda dan memperkenalkan diri.

“Jenderal, perkenalkan nama saya adalah Cheng,” Mulan tak ingin identitasnya terbongkar, sehingga ia menggunakan nama samaran.

“Hai, Cheng. Namaku Li Shan. Siapa ayahmu? Aku tampak tak asing dengan wajahmu,” ujar Jenderal itu.

Mulan merasa panik mendengar pertanyaan itu. Namun, ia tak mungkin berbohong. “Aku adalah anak sulung dari Hua Zhou,” jawabnya.

“Oh, jadi kau anak dari teman baik ayahku. Kupikir anak laki-lakinya masih kecil. Ternyata sudah besar. Lantas, bagaimana kemampuanmu dalam berperang?” tanya sang jenderal.

“Kemampuanku mungkin belum sehebat para prajurit yang ada di sini. Namun, aku meyakini bisa terus berkembang hingga bisa menjadi kuat untuk menyelamatkan negeri ini. Aku akan terus berjuang sehingga kau tak akan mengeluh melihat kemampuanku,” ucap Mulan dengan yakin.

“Aku suka dengan semangatmu, Cheng. Kita akan mulai pelatihan besok. Sekarang, perkenalkan dirimu ke teman-teman dan beristirahatlah,” ucap sang Jenderal.

Mulan merasa lega karena Jenderal tak mengetahui penyamarannya. Ia lalu berkenalan dengan para prajurit di sana.

Berlatih dengan Gigih

Mulan bertekad kuat untuk menyelamatkan negeri ini. Ia berlatih dengan sangat keras dan tanpa kenal lelah-bekerja lelah. Setiap hari, dari pagi hingga malam, ia terus melatih kemampuannya dalam menggunakan pedang.

Ketika orang lain beristirahat, ia melatih ketrampilannya menggunakan busur panah. Teman-temannya merasa sangat salut dengan gadis yang menyamar menjadi Cheng ini.

Tak hanya teman-temannya saja, Mushu pun turut kagum dengan kemampuan Mulan. “Hmm, anak gadis itu sangat pemberani. Ia memiliki hati yang emas dan kemampuannya cepat terasah. Ini adalah kesempatan untuk mengetes kemampuannya,”

Mushu lalu menulis surat palsu yang memerintahkan Li Shan untuk berbaris ke pegunungan. Surat itu berisi bahwa Bangsa Huns telah menyerang kota, sehingga mereka harus membereskan sisa klan di pegununganm.

Li Shan lalu meminta seluruh prajurit untuk pergi ke pegunungan untuk menghancurkan sisa klan Huns. Pasukan berbaris mendatangi pegunungan.

Mereka tidak tahu bahwa keputusan Mushu mengirim mereka ke pegunungan adalah kesalahan besar. Rupanya, bangsa Huns telah bersiap menyerang pasukan di pegunungan.

Jumlah pasukan prajurit kekaisaran sangat sedikit dibandingkan dengan pasukan klan Huns. Mulan tak bisa diam saja. “Jika begini terus kita bisa gagal,” ucapnya dalam hati.

Ia lalu mendapatkan ide cemerlang saat melihat meriam tak terpakai. Dengan cepat, ia mengarahkan meriam ke arah pegununggan dan menembakkannya. Hal itu membuat gundukan salju turun dan mengubur bangsa Huns.

Identitas yang Terungkap

Namun, meriam itu juga melukai Mulan. Ia jatuh ke tanah dan pingsan. Semua orang berkumpul untuk menyelematkannya.

“Cheng adalah penyelamat kita. Ia yang memiliki ide bagus ini sehingga kita bisa memenangkan pertandingan. Ayo, kita segera menyelamatkannya,” ucap salah satu prajurit.

Saat salah satu prajurit mengangkat tubuh Cheng, helm gadis itu terlepas. Rambutnya yang panjang pun terurai. Sangat terlihat dengan jelas, bahwa prajurit itu adalah seorang perempuan.

“Oh, aku tidak tahu jika cheng ternyata memiliki rambut panjang yang indah. Ia tampak cantik,” ucap prajurit yang menolongnya.

Mulan langsung tersadar dan panik. “Di mana helmku,” ucapnya sambil bingung mencari.

“Kau bukan Cheng! Dan kau bukan laki-laki! Kau seorang wanita, katakan padaku, siapa dirimu sebenarnya?” tanya Jenderal Li Shan.

“Sebenarnya, namaku Hua Mulan bukan Hua Cheng. Dan benar, sebenarnya aku adalah perempuan. Tapi, aku bukan musuhmu. Aku hanya ingin menggantikan ayahku yang sudah tua dan sakit-sakitan. Aku juga sangat mencintai negeri ini, sehingga aku ingin menyelamatkannya. Tapi, perempuan tak diizinkan untuk berperang. Karena itulah aku menyamar menjadi seorang laki-laki. Aku tak bermaksud jahat,” ucap Mulan.

“Kau telah membuat kesalahan besar! Tak seharusnya kau membohongi kami. Karena kau telah menyelamatkan kami, aku tak akan menghukummu. Sebagai gantinya, kamu tak kuuizinkan mengikuti perang ini. Pulang dan kembalilah ke desamu secepatnya dan jangan pernah kembali lagi!” ucap Jenderal Li Shan marah.

“Ta, tapi, tidak bisakah kau izinkan aku ikut perang kali ini saja. Apa kau yakin bangsa Huns tidak menyerang kita lagi?” tanya Mulan memohon.

“Kau adalah wanita. Tak seharusnya kau ada di sini. Pulanglah dan temui keluargamu,” ucap sang jenderal.

Bangsa Huns Kembali Menyerang

Setelah berseteru dengan Jenderal Li Shan, Mulan merasa sangat patah hati. Ia lalu bergegas pergi menuju ke desanya.

“Apa yang salah dari seorang perempuan? Kenapa perempuan tak bisa bertempur?” tanyanya dalam hati dengan raut wajah penuh kekecewaan.

Saat melewati pegunungan, Mulan menyaksikan bangsa Huns sedang bersiap untuk melakukan penyerangan. Mereka sedang berbaris untuk menyerang kota.

Mengetahu hal itu, Mulan tak diam saja. “Aku harus segera berlari menemui Jenderal Li Shan. Ini tak bisa dibiarkan begitu saja,” ucap Mulan.

“Jenderal, jenderal, jenderal!” teriaknya saat memasuki kekaisaran.

“Kau lagi! Berani-beraninya kau datang kembali. Aku sudah memerintahkanmu tuk kembali ke desamu,” bentak Jenderal Li Shan.

“Jenderal, bangsa Huns masih hidup. Mereka bergegas menuju ke kota untuk melakukan penyerangan. Itu artinya, Raja dalam bahaya,” ujar Mulan.

“Tidak ada alasan untukku memercayai perkataanmu. Kau telah membohongi kami. Sekarang, pergilah dari sini dan jangan pernah kembali!” ucap Jenderal Li Shan.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak akan menerima kekalahan. Kuharus mencoba untuk melawan mereka meski seorang diri. Aku harus menyelamatkan kaisar dan negeri ini,” ucap Mulan.

Menyelamatkan Kaisar

Lalu, Mulan memakai helm dan menunggangi kudanya. Ia lalu pergi ke kota untuk melawan para bangsa Huns.

Di sisi lain, Jeneral Li Shan mulai memercayai perkataan Mulan. “Kenapa aku mulai percaya perkataan Cheng? Emm, maksudku, Mulan. Tapi, bagaimana pun juga, ia telah menyelamatkan para pasukanku. Dan kuakui ia memiliki keterampilan pedang yang luar biasa,” ujar sang jenderal.

“Bagaimana kalau ia sebenarnya mengatakan hal yang sebenarnya? Itu berarti, Kaisar sedang dalam bahaya. Aku tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. Tidak dalam pengawasanku! Aku akan membawa pasukan ke kota dan menyelamatkan Kaisar,” ucap Jenderal.

Saat Mulan tiba di kota, bangsa Huns rupanya sudah memasuki gerbang kerajaan. “Tidak! Ini berarti pemimpin bangsa Huns sudah pasti memasuki istana. Aku harus menyelamatkan Kaisar,” ucapnya dalam hati.

Sesampainya di istana, ia mendapati pemimpin bangsa Huns telah menangkap Kaisar. “Tidak! Apa yang harus aku lakukan sekarang! Aku tak mungkin membiarkan Kaisar terluka begitu saja. Aku harus segera mencari cara untuk menyelamatkannya,” ucapnya dalam hati.

Mengelabuhi Pemimpin Bangsa Huns

Tak lama kemudian, Mulan mendapatkan ide cemerlang. “Tunggu, aku mendapatkan ide untuk menyelamatkan Kaisar,” ucapnya dalam hati. Ia lalu melepas helm dan mengurai rambutnya.

Dengan berani, ia memanggil pemimpin bangsa Huns. “Tuan, perkenalkan, aku Mulan. Aku senang sekali melihatmu masih hidup,” ucapnya.

“Apa maksudmu dengan perkataanmu? Tak ada yang bisa menyakitiku wanita muda yang cantik,” ucap pemimpin bangsa Huns itu.

“Itu jugalah yang aku katakan padanya. Tapi, dia terus tertawa dan mengatakan bahwa kau tak ada apa-apanya dengan dia,” ucap Mulan mengarang.

“Tunggu! Siapa yang kau maksud dengan “dia”?” tanya pemimpin itu.

“Dia adalah Cheng,” jawabnya mengarang untuk mengelabuhi pemimpin bangsa Huns.

“Siapa itu Cheng? Aku tak mengenalnya,” tanya pemimpin itu.

“Ia adalah salah satu prajurit dari kekaisaran. Ia jugalah yang mengubur para prajuritmu di bawah salju di gunung,” ucap Mulan.

“Oh! Rupanya pria kecil itu! Berani-beraninya ia berkata seperti itu,” ucap pemimpin geram.

“Bahkan, ia juga mengatakan bila kamu masih hidup, ia akan menantangmu untuk berperang satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang lebih kuat,” ucap Mulan mengarang.

“Berani sekali ia mengatakan hal itu kepadaku!” ujar pemimpin bangsa Huns.

“Ia sekarang berada di atap istana ini. Jika kau ingin melawannya, aku akan mengantarkanmu ke sana,” ucap Mulan untuk mengelabuhi sang pemimpin.

Bertarung dengan Pemimpin Bangsa Huns

Lalu, Mulan menemani sang Pemimpin ke atas atap istana. “Di mana aku bisa menemukan pria kurus itu?” tanya sang pemimpin.

“Ia ada di ujung atap, bersabarlah,” jawab Mulan.

Di saat yang tepat, Mulan lalu melakukan penyerangan. Ia menendang kepala pemimpin itu. “Kau pikir kau bisa mengalahkan kami,” ucapnya dengan lantang.

“Apa maksudmu? Di mana Cheng! Kenapa kau menyerangku?” ucap pemimpin itu.

“Aku adalah Cheng! Lawan aku jika kau berani!” ucap wanita itu dengan sangat berani.

“Apa maksudmu? Kau hanyalah seorang wanita. Tak butuh waktu lama untuk membunuhmu dalam waktu sekejap,” ucap sang pemimpin.

“Benarkah begitu? Kalau begitu, ayo, lawan aku!” tantang Mulan.

Mereka pun bertarung dengan pedang masing-masing. Tak mudah bagi Mulan untuk mengalahkan sang pemimpin. Begitu pun sebaliknya. Tak mudah bagi sang Pemimpin untuk mengalahkan Mulan.

Setelah sekian lama bertarung, akhirnya Mulan dapat mengalahkan sang Pemimpin. Ia mendorong dengan keras pemimpin itu hingga jatuh ke tanah. Tubuh pemimpin itu bersimpah darah dan mati begitu saja.

Setelah berhasil mengalahkan sang pemimpin, ia langsung bergegas turun untuk mengatasi prajurit Huns yang mengepung Kaisar.

Namun, sesampainya di sana, rupanya Kaisar telah berhasil diselamatkan oleh Jenderal Li Shan. “Mulan, maafkan aku telah meragukanmu. Untung saja aku segera menyadari kesalahanku dan segera menyelamatkan Kaisar. Terima kasih karena kamu telah berhasil melawan pemimpin bangsa Huns seorang diri. Kau adalah wanita yang hebat,” ucap Jenderal Li Shan.

“Aku haya ingin negara kita aman dan tenteram,” ucap Mulan.

Hidup Bahagia

Seluruh warga mengatahui bila Mulan berhasil mengalahkan pemimpin bangsa Huns. Para prajurit Huns pun dikurung dalam penjara bawah tanah.

Para warga menari dan bersorak atas kemenangan para prajurit istana, terutama pada Mulan.  Lalu, Mulan mendapatkan penghargaan dari Kaisar.

“Kamu layak atas penghargaan ini atas keberanian, ketulusan, dan kemampuanmu,” ucap Kaisar.

“Terima kasih, Tuan, atas penghargaan yang diberikan untukku,” ucap gadis cantik itu.

Setelah mendapatkan penghargaan Mulan pun kembali ke rumah. Ia menyerahkan penghargaan itu kepada sang ayah.

“Ayah, penghargaan ini untukmu. Terimakasih karena kau telah mendidikku menjadi perempuan tangguh,” ucapnya.

“Oh, Putriku. Kaulah yang berhak menerima penghargaan ini. Kau adalah putri yang hebat. Ayah bangga sekali denganmu, Nak,” ucap sang Ayah.

shiowla

shiowla

shiowla

shiowla

shiowla

shiowla

shiowla

shiowla

Shiowla

Shiowla

https://www.sarah-ramos.com/

https://www.vrajajournal.com/

https://www.amigaliza.org/

https://www.rootsieestlasteliit.org/

https://www.norasprings.org/

https://www.seattleblackpride.org/

matauangslot

matauangslot

matauangslot

matauangslot

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *