Cerita Rakyat Asal Asul Pulau Kemaro di Palembang, Legenda Cinta Seorang Saudagar Tiongkok dan Putri Palembang
Cerita Rakyat Asal Asul Pulau Kemaro di Palembang, Legenda Cinta Seorang Saudagar Tiongkok dan Putri Palembang, Pulau Kemaro memiliki kisah asal usul yang memikat di wilayah Palembang, Sumatera Selatan.
Dalam legenda yang terpintal, sungai terpanjang di Pulau Sumatera, Sungai Musi, sepanjang 750 KM, mengalir gemulai melalui pusat kota Palembang.
Namun, ada sebuah titik istimewa di tengah aliran Sungai Musi, yaitu Pulau Kemaro, sebuah delta sungai yang terletak sekitar enam kilometer di hilir Jembatan Ampera yang sangat terkenal.
Cerita bermula di zaman dahulu, ketika Kerajaan Sriwijaya berdiri megah di sepanjang Sungai Musi.
Raja bijak dari kerajaan ini memerintah dengan gagah berani. Namun, ada satu hikayat cinta yang melibatkan putri cantik raja, Siti Fatimah.
Meski banyak pangeran yang berkejaran untuk mendapatkan hatinya, sang raja memiliki keinginan tulus.
Pasalnya, ia menginginkan putrinya menikah dengan seorang pangeran yang kaya dan terhormat.
Di antara para pangeran yang terpikat oleh kecantikan Putri Siti Fatimah, ada seorang pedagang Cina berani yang bernama Tambun.
Datang dari negeri jauh, Tambun membawa tidak hanya barang dagangan, tetapi juga hasrat dalam hatinya untuk melamar sang putri.
Raja Sriwijaya mendengarkan niat tulus Tambun, tetapi memberikan syarat: Tambun harus menyediakan 9 guci emas sebagai mas kawin untuk sang putri.
Tambun tanpa ragu setuju dan segera mengirimkan kapal yang penuh dengan guci-guci emas dari negerinya.
Namun, takdir memainkan permainannya. Ketika guci-guci tersebut dibuka, alih-alih emas yang diharapkan, ternyata isinya adalah sayuran yang busuk dan tak bernilai.
Tambun merasa malu dan terpojok oleh rasa bersalah. Tanpa pikir panjang, guci-guci itu dilemparkannya ke dalam aliran Sungai Musi.
Barulah pada saat itu terungkap rahasia yang menghebohkan: emas sejatinya tersembunyi dalam guci-guci tersebut.
Sementara itu, berita tentang kegagalan Tambun dan “keajaiban” di Sungai Musi telah sampai ke telinga Putri Siti Fatimah.
Tanpa ragu, ia merasa perlu mengungkap kebenaran ini sendiri dan melepaskan diri dari istana menuju sungai yang membelah kota.
Pada saat air sungai menyentuh kulitnya yang lembut, dia melompat dengan keberanian dan kegigihan.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah cobaan yang tragis. Kedua insan yang berbeda latar belakang ini, sama-sama terjebak dalam liku-liku aliran sungai yang tak terduga.
Tambun sang pedagang pemberani dan Putri Siti Fatimah sang bunga kerajaan ini menghilang di dalam air dan tidak pernah kembali lagi.
Kini, Pulau Kemaro menjadi saksi bisu dari kisah cinta abadi yang membawa Tambun dan Putri Siti Fatimah ke alam abadi.
Tempat ini menjadi simbol perjalanan tragis dan penuh pengorbanan mereka.
Bahkan dalam hilangnya, Pulau Kemaro masih mengandung misteri dan daya tarik yang tak terbantahkan.
Di tengah hamparan Sungai Musi yang tenang, Pulau Kemaro menunggu kunjungan para pelancong dan pengunjung.
Air yang mengalir tak pernah menggenangi pulau ini, seolah memberikan penghormatan kepada dua jiwa yang terjebak dalam aliran waktu.
Asal usul Pulau Kemaro membawa kita pada perenungan akan nilai cinta dan pengorbanan.
Kisah tragis Tambun dan Putri Siti Fatimah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Palembang.
Sehingga, mengingatkan kita akan daya tarik dan misteri yang mengelilingi kisah cinta abadi.
Pulau Kemaro, dengan segala pesonanya, menjadi tempat mengenang dan menghormati kisah dua insan yang terjebak dalam aliran cinta dan sungai yang tak pernah surut.
TERSEDIA JUGA: