KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

Uncategorized

Kisah Dongeng Putri Berambut Kaca tentang Pentingnya Ketulusan Hati

Alkisah pada zaman dahulu kala terdapat kerajaan bernama Fistulina. Kerajaan tersebut dipimpin oleh raja dan ratu yang baik hatinya. Tak hanya itu, mereka juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan disukai oleh rakyatnya.

Pada suatu hari, sang ratu melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Karena kecantikannya, sang raja memberi nama sang putri dengan panggilan Dandelia. Konon, bagi sang raja, putrinya itu memiliki kecantikan layaknya bunga dandelion.

Sang putri tumbuh dengan kecerdasan yang cemerlang dan kecantikan yang luar biasa. Bahkan, istimewanya, rambut hitam sang putri terlihat berkilau menyerupai kaca. Setiap orang yang melihatnya pasti akan memberikan pujian dan kekaguman atas keindahan rambut sang putri.

“Benar-benar seorang putri berambut kaca,” komentar setiap rakyat. Sejak saat itu, seluruh rakyat memanggil sang gadis dengan panggilan Putri Berambut Kaca.

Kehidupan keluarga kerajaan Fistulina itu terus saja diberkahi dengan kebahagiaan dan hal-hal baik lainnya. Tak hanya keluarga sang raja, tapi juga seluruh rakyatnya.

Sayangnya, ketentraman itu tak bertahan lama. Pada suatu hari, muncullah malapetaka, di mana sebuah kebakaran besar membakar habis dan meluluhlantakkan Kerajaan Fistulina. Seluruh warga pun panik dan terburu-buru berusaha menyelamatkan diri ke kerajaan tetangga, Alnicola, yang terletak tak jauh dari Kerajaan Fistulina.

Karena pergi dalam keadaan panik dan terburu-buru, mereka tak sempat membawa barang-barang berharga. Yang mereka bawa hanyalah pakaian yang melekat di badan mereka saja.

Usulan dari Raja Alnicola

Pada awalnya, dengan perasaan iba Raja Alnicola menyambut warga Kerajaan Fistulina dengan tangan terbuka. Dia tahu kalau kerajaan tetangganya itu baru saja tertimpa musibah. Ia sempat berpikiran kalau kerajaan tetangganya pasti akan melakukan hal yang sama jika musibah menimpa Kerajaan Alnicola.

Namun, dengan banyaknya rakyat Fistulina yang meminta pertolongan tanpa membawa harta benda sedikit pun, Raja Alnicola pun mulai merasa kewalahan. Ia pun kemudian berterus terang kepada Raja dan Ratu Fistulina.

“Wahai tetanggaku, pemimpin Kerajaan Fistulina, maafkan tetanggamu ini. Karena aku tak bisa berbuat banyak. Sebenarnya aku ingin bisa terus membantu wargamu, tapi kerajaanku juga membutuhkan uang. Rasanya kami tak akan mampu kalau harus terus menanggung kehidupan seluruh rakyat Fistulina.”

Hal itu rupanya juga sebenarnya menjadi kekhawatiran Raja Fistulina. “Duhai pemimpin Kerajaan Alnicola, seharusnya kamilah yang meminta maaf karena sudah banyak membebanimu. Namun, kami juga tidak tahu harus berbuat apa karena kami sendiri juga membutuhkan banyak dana untuk kembali membangun kerajaan.”

“Kalau begitu, bolekah kami mengajukan usul, Raja Fistulina?” ucap Raja Alnicola berusaha membantu.

“Tentu saja aku pasti bersedia menerima usulan darimu, Raja Alnicola,” jawab Raja Fistulina dengan bijaksana.

“Kemarin permaisuri dari Kerajaan Merulius datang berkunjung kemari. Ketika melihat rambut kaca Putri Dandelia, ia begitu terpesona akan keindahannya.  Ia bahkan bersedia membayar mahal asalkan bisa mendapatkan rambut seindah milik Putri Dandelia. Jadi pikirku, bagaimana kalau…”

Belum sempat Raja Alnicola menyelesaikan ucapannya, Raja Fistulina langsung memotong pembicaraan. “Baiklah, aku paham! Coba nanti aku akan merundingkannya dengan putri semata wayangku,”

Putri Dandelia Tidak Mau Kehilangan Rambutnya

Ketika bertemu dengan Putri Dandelia, Raja Fistulina langsung mengungkapkan tentang masalah yang terjadi pada kerajaan mereka. Kemudian sang raja juga meneritakan tentang kunjungan permaisuri Kerajaan Merulius dan ketertarikannya pada rambut sang putri.

Sayangnya, sang putri menolak tawaran itu.

“Tidak mau, ayah! Aku tidak mau menjual rambutku. Bahkan kepada permaisuri Kerajaan Merulius sekalipun!” ucap Putri Dandelia dengan bersedih.

“Tapi sayang, hanya rambut kacamu yang bisa menyelamatkan kerajaan kita!” bujuk Raja Fistulina.

“Tetap saja, tidak, ayah! Aku tidak mau kehilangan rambut kacaku!” Setelah mengucapkan hal itu, Putri Dandelia langsung kembali masuk ke kamarnya sambil menangis.

Meskipun begitu, Raja dan Ratu Fistulina tidak ingin menyerah begitu saja. Mereka tak ingin menyia-nyiakan peluang ketika ada cara untuk menyelamatkan kerajaan mereka kembali seperti semula. Mereka berdua kemudian menyusun sebuah rencana untuk bisa mendapatkan rambut kaca sang putri.

Malam harinya, seperti biasa sang putri tertidur dengan pulas. Ia sama sekali tidak menyadari ketika ada yang mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya. Ia baru terbangun dan terkejut ketika ada tangan yang menyentuh bahunya.

Putri Dandelia pun langsung tersentak dan terbangun dari tidurnya. Begitu tersadar, ia langsung berteriak kencang, “Tidak! Kumohon jangan sentuh rambut kacaku!”

Setelah benar-benar terbangun, betapa terkejutnya Putri Dandelia ketika mendapati ayahnya yang memegang bahunya. Rupanya, Raja Fistulina berencana untuk memotong rambut kaca Putri Dandelia ketika sang putri terlelap. Sayangnya, rencana itu kini hancur berantakan karena sang putri terlanjut bangun dahulu.

Putri Dandelia Berubah Pikiran

Sejak insiden itu, Putri Dandelia menjadi semakin tidak mempercayai kedua orang tuanya lagi. Ia pun menjadi khawatir jika suatu hari nanti Raja dan Ratu akan berhasil memotong rambutnya ketika ia tengah terlelap.

Oleh karena itu, Putri Dandelia memutuskan untuk secara diam-diam melarikan diri dari istana. Setelah keluar dari lingkungan istana, ia terus saja berjalan jauh. Di sepanjang perjalanan, setiap orang langsung mengenali sang putri dari rambutnya yang berkilau bagaikan kaca yang tertimpa cahaya matahari. Dan setiap orang yang mengenalinya  itu selalu memberi hormat padanya.

Bahkan, beberapa anak kecil yang berpapasan dengannya pun memberikan pujian. “Rambut kakak terlihat sangat indah!” ucap seorang anak yang tiba-tiba berdiri di hadapan Putri Dandelia. Sang putri hanya tersenyum mendengar pujian itu.

Secepat kedatangannya di hadapan Putri Dandelia, anak kecil itu mendadak langsung pergi berlari begitu saja. Ketika sang putri masih terkejut melihat kedatangan dan kepergian sang anak kecil yang begitu tiba-tiba, mendadak anak itu kembali muncul bersama teman-temannya.

Sang anak kecil yang sebelumnya datang memberikan pujian pun terlihat memamerkan kecantikan Putri Dandelia pada teman-temannya. Semua teman-teman si anak kecil pun terlihat terkagum-kagum akan keindahan rambut Putri Dandelia.

Di sisi lain, sang putri justru terlihat tertegun ketika melihat anak-anak kecil itu. Alasannya karena mereka terlihat sangat kurus, wajahnya pucat, dan bajunya sobek-sobek. Bahkan, Putri Dandelia merasa kalau mereka sepertinya kelaparan.

Tanpa sadar, air mata Putri Dandelia mulai berjatuhan. Hatinya begitu tersentuh melihat penderitaan warganya. Ia pun menjadi tersadar bahwa keinginan ayahnya untuk  memotong dan menjual rambut kacanya. Khususnya demi kehidupan para warga Kerajaan Fistulina.

Putri Dandelia Merelakan Rambutnya

Putri Dandelia pun langsung berpamitan pada anak-anak itu dan berlari sekencang mungkin ke arah istana. Sesampainya di istana, ia langsung menemui ayahnya.

“Ayah, maafkan aku!” ucap Putri Dandelia setelah bertemu dengan Raja Fistulina. “Aku salah karena egois. Kini kupersembahkan rambut ini demi kemakmuran rakyat Fistulina.”

Saat itu, sebenarnya Putri Dandelia sudah memotong rambut kacanya sendiri. Ia hanya menyisakan rambutnya sependek mungkin di kepalanya. Rambut yang sudah ia potong itu sudah diikat dan diserahkan kepada sang ayah.

Melihat hal itu, tentu saja Raja Fistulina langsung terkejut. Ia tak menyangka putrinya akan tersadarkan dan bersedia menyerahkan rambut kacanya demi kesejahteraan rakyat mereka.

“Putriku, kau benar-benar gadis yang berhati emas!” puji Raja Fistulina.

Tanpa menunggu lama, Raja Fistulina segera membawa rambut kaca itu ke Kerajaan Merulius untuk menjualnya pada sang permaisuri. Dengan penuh kebahagiaan, sang permaisuri membayar rambut kaca itu dengan sekantung uang emas. Raja Fistulina membawa uang emas tersebut kembali ke kerajaannya kemudian mulai mengatur segala macam hal yang diperlukan untuk membangun kembali negerinya.

Menariknya, keesokan harinya ketika Putri Dandelia bangun tidur, ia terkejut karena rambutnya kini sudah kembali panjang seperti semula. Setelah bangun, ia langsung berlari keluar kamar dan mendatangi ayahnya.

“Ayah! Coba lihatlah! Ketika aku bangun tidur mendadak rambutku sudah panjang lagi seperti dahulu!” ucap Putri Dandelia dengan penuh kegembiraan.

Raja Fistulina pun turut serta merasa bahagia. “Baguslah kalau begitu, putriku!” ucap sang raja. “Pasti semua itu berkat kebaikan dan ketulusan hatimu.”

Kembalinya Kejayaan Kerajaan Fistulina

Dari hal itu, Putri Dandelia dan Raja Fistulina mendadak memiliki pemikiran cemerlang. Setiap hari, Putri Dandelia akan memotong rambut kacanya. Kemudian, rambut itu akan dijual pada kerajaan-kerajaan tetangga yang tertarik. Kabarnya, beberapa permaisuri menggunakannya sebagai rambut palsu atau hiasan mahkota.

Di pagi harinya, rambut Putri Dandelia akan kembali panjang seperti semula. Dan pada siang harinya, seperti hari sebelumnya, rambut kaca sang putri akan dipotong dan dijual untuk kerajaan tetangga yang berminat dengan harga beberapa keping emas.

Pada akhirnya, ide tersebut bisa membantu Kerajaan Fistulina bangkit dari keterpurukan. Secara perlahan, istana kembali dibangun dengan indah dan rumah-rumah warga juga dikembalikan seperti semula. Bahkan, dengan hasil menjual rambut kaca tersebut, seluruh warga Kerajaan Fistulina bisa kembali mendapatkan kemakmurannya.

Tak lupa, Raja dan Ratu Fistulina juga mengembalikan beberapa bantuan yang sudah diberikan oleh Raja Alnicola selama ini. Berkat hal itu, Kerajaan Alnicola pun kembali meraih kejayaannya seperti semula sebelum hartanya habis untuk membantu warga Kerajaan Fistulina.

Kini, semakin banyak orang yang merasa kagum dan mencintai Putri Dandelia. Karena rupanya, sang putri tak hanya memiliki wajah rupawan dan rambut berkilau, tapi hatinya juga indah dan bening layaknya kaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *