KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

CERITA INDONESIA

Cerita Rakyat Buaya Tembaga yang Baik Hati

Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah Buaya Tembaga di Teluk Baguala, Maluku. Berbeda dengan yang lain, Buaya Tembaga terkenal baik hati, ramah, dan suka menolong. Setiap hari, ia menyapa para hewan yang bertemu dengannya.

“Hai,Kura-Kura, apa kabarmu pagi ini? Raut wajahmu terlihat sedang bersedih. Ada apa denganmu? ” tanyanya dengan cemas.

“Oh, hai! Iya, aku sedang begitu baik. Kakiku terlilit tali, aku tak bisa melepasnya. Rasanya sangatlah sakit,” ucap kura-kura sedih.

“Benarkah? Coba aku lihat kakimu,” pinta Buaya.

Dengan cepat, buaya itu melepaskan tali yang melilit tali si kura-kura. Meski sulit, ia tak pernah berhenti hingga tali itu terlepas. Setelah berhasil, kura-kura tampak begitu lega dan bahagia.

“Terima kasih banyak karena telah menolongku. Tali ini sudah lama melilit kakiku, tapi aku tak bisa melepasnya,” ucapnya terharu.

“Ah, tidak perlu sungkan. Aku akan berusaha membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Jika kau mengalami kesulitan, katakanlah padaku,” ucap binatang bergigi tajam itu.

Buaya Tembaga merasa senang dan bahagia jika bisa membantu hewan yang sedang mengalami kesulitan. Namun, ia kerap merasa kesepian karena tak banyak ikan atau hewan yang tinggal di Teluk Baguala.

“Hmm, teluk ini terasa sepi sekali. Aku rasanya ingin bertemu dan berteman dengan banyak hewan,” ucap buaya itu merasa sepi.

Karena Teluk Baguala tak begitu besar, tak banyak hewan yang hidup di sana. Namun, Buaya Tembaga menyukai teluk itu, sehingga ia tetap bertahan meskipun kadang merasa kesepian.

 

Keresahan Para Ikan di Laut Buru

Di sisi lain, para penghuni laut Buru bagian selatan sedang merasa gelisah. Pasalnya, ada seekor ular-dan-tikus ular besar yang sering memakan ikan-ikan di laut Biru.

Ular itu bertengger di sebatang pohon bintanggor di pinggir laut yang menjorok hingga ke air laut. Sehingga ia dengan mudah memakan ikan-ikan yang sedang berenang.

Semakin lama, makin banyak pula ikan yang disantap oleh binatang bertubuh panjang itu. Bahkan, ikan yang masih kecil-kecil pun tak lepas dari sasarannya. Hal itu membuat para ikan cemas dan ketakutan.

Suatu hari, seekor ikan kecil berenang tergesa-gesa. Wajahnya ketakutan dan tampak cemas. Ia lalu melaporkan pada teman-temannya, “Teman… Ular itu makin keterlaluan! Tempat ini semakin tak aman. Apa yang harus kita lakukan?”

“Tenang-tenang. Coba ceritakan pelan-pelan apa yang baru saja terjadi,” ucap ikan Papere mencoba menenangkan ikan kecil.

“Aku tadi melihat ular itu memakan ikan-ikan yang masih kecil. Beruntung aku bisa kabur. Tapi, teman-temanku banyak yang ia makan,” ucapnya sambil menangis.

Semua ikan terkejut. “Astaga, makin menjadi rupanya ular itu!” ucap ikan Papere kesal.

“Kalau yang kecil saja dimakan, bagaimana kita bisa hidup tenang?” ucap ikan kebingungan.

“Bisa-bisa, kita semua habis dimakan ular itu,” ujar ikan lainnya.

“Kita harus segera mencari cara untuk mengusir ular itu dari pohon bintanggor,” ucap ikan Salmaneti yang berekor kuning.

“Benar sekali! Kita harus memikirkan cara untuk mengusirnya,” jawab ikan Papere.

“Tapi, bagaimana caranya? Aku tak punya keberanian untuk mengusirnya langsung,” ucap ikan kecil.

Meminta Bantuan Buaya Tembaga

Para ikan mulai berunding cara tepat untuk mengusir si ular yang menyebalkan itu. Masing-masing mengeluarkan pendapat, tapi tak kunjung menemukan mufakat.

Tiba-tiba, ikan besar teringat sesuatu. “Teman-teman, aku ingat kalau ada seekor buaya besar di Teluk Baguala. Warnanya tembaga. Meski badannya besar dan tampak menyeramkan, sebenarnya ia adalah hewan yang teramat ramah dan baik hati,” pungkasnya.

“Bahkan, ia melindungi dan menjaga hewan-hewan yang hidup di Teluk Baguala. Bagaimana kalau kita minta bantuan padanya? Badannya kan besar, pasti ular itu tak berani melawannya.

Semua penghuni Laut Buru setuju dengan solusi tersebut. Lalu, beberapa ikan akan pergi ke Teluk Baguala untuk Menemui Buaya Tembaga. Sesampainya di sana, mereka tak mengalami kesulitan menemui Buaya Tembaga, karena semua penduduk mengenalnya.

Ketika para ikan datang, Buaya Tembaga menyapa mereka, “Wahai ikan-ikan, apa yang membuat kalian jauh-jauh datang kemari untuk mencariku? Adakah yang bisa aku bantu?”

“Benar sekali, Buaya! Kami datang dari Pulau Buru karena sangat membutuhkan bantuanmu,” ucap ikan Papere.

Lalu, mereka menceritakan bahwa tempat tinggal mereka yang awalnya nyaman dan tentram diusik oleh kehadiran ular yang bertengger di pohon. Para ikan tak punya keberanian untuk melawan.

“Hmm, jadi begitu ceritanya. Baiklah, aku akan membantu kalian melawan ular itu. Aku akan membuatnya jera,” ucap Buaya Tembaga dengan penuh keberanian.

Para ikan tampak sangat senang. “Terima kasih Buaya karena kamu mau membantu kami. Kami tahu kamu adalah hewan yang pemberani dan baik hati,” ucap salah satu ikan.

“Tolong doakan aku agar berhasil mengusirnya, ya!” jawab si Buaya.

Pertarungan Buaya Tembaga dan Ular

Sesampainya di Laut Buru, Buaya Tembaga mendapatkan sambutan dari para penghuni lautan. Ia disambut dengan upacara dan doa. Mereka mendoakan agar sang penolong bisa mengusir ular itu.

Lalu, Buaya Tembaga itu mulai mendekati ular besar. Ia berkeliling di pinggir laut dan mengintai pohon bintanggor. Ketika si ular sedang lengah, dengan sigap Buaya Tembaga melompat dan menggigitnya.

Ular tak mau kalah. Ia lalu mematuk kepala buaya itu. Untung saja, si penolong ikan itu bisa menghindar. Pertarungan sengit itu berlangsung selama tiga hari. Para ikan berdoa. Mereka cemas bila ular itu melukai Buaya Tembaga.

Dengan sisa tenaganya, Buaya Tembaga mengibaskan ekornya yang tajam ke ular besar. Ia lalu berkata, “Jangan seenaknya kau memangsa makhluk lain! Pergilah dari sini!”

Kibasan ekor buaya itu tepat mengenai kepala si ular. Ia pun merasa kesakitan dan tergeletak lemah tak berdaya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ular itu kabur dan pergi dari tepi Laut Buru.

Dari kejauhan, para ikan bersorak gembira. Mereka sangat bersyukur karena akhirnya dapat hidup dengan tenang. “Terimakasih, Buaya. Berkatmu, kami kini bisa hidup dengan tenang,”

“Hehehe, sama-sama. Aku senang kok bisa membantu kalian. Tak perlu sungkan jika kalian kelak butuh bantuanku lagi,” ucap sang buaya.

Sebagai tanda terima kasih, para ikan memberi si Buaya sebuah gentong besar. Lalu, Buaya Tembaga membawa gentong itu ke Teluk Baguala  Setelah ia buka, rupanya gentong itu berisi ikan-ikan yang sangat banyak. Karenanya, Teluk Baguala kini ramai ikan. Buaya Tembaga tak lagi kesepian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *