Kisah Patani Darussalam dan Ulasan Lengkapnya, Cerita Seorang Raja yang Suka Berburu Binatang
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang bijaksana bernama Paya Tu Kerub Mahajana. Ia memiliki seorang putra bernama Paya Tu Antara.
Karena sudah berusia senja, Paya Tu Kerub Mahajana meninggal dunia. Posisinya sebagai seorang raja digantikan oleh anaknya Paya Tu Antara. Ia lalu mengubah namanya menjadi Paya Tu Naqpa.
Hampir seminggu sekali, Paya Tu Naqpa pergi ke hutan belantara untuk berburu binatang. Sejak dulu, ia memang sangat gemar berburu.
Pada suatu pagi, ketika Paya Tu Naqpa sedang duduk di kursi takhtanya, ada seorang menteri yang menghadapnya. Ia berkata, “Hamba ingin melapor, Baginda Raja. Ada kabar bahwa daerah tepi laut mempunyai banyak binatang buat tuk diburu.”
“Kalau begitu, kerahkanlah seluruh pasukan, anjing-anjing, dan rakyat kita. Esok hari, kita hendak pergi berburu di tepi laut itu,” ucap sang Raja.
“Daulat Tuanku, akan segera kami laksanakan,” ucap Menteri itu.
Keesokan harinya, Raja beserta pasukannya pun pergi ke tepi laut. Sayangnya, tepi laut tampak sangat sepi. Saking sepinya, tak ada satu pun hewan yang menampakkan diri.
Dua jam menyusuri dan mencari binatang di tepi pantai, tak satu pun binatang yang nampak. Tiba-tiba saja, anjing-anjing pemburu milik Raja menggonggong.
“Kenapa anjing-anjing itu menggonggong? Coba kau lihat apa yang terjadi,” perintah sang Raja.
Lalu, salah satu menteri pun mendapati jika para anjing pemburu itu melihat seekor rusa berwarna putih. “Ada rusa putih di dalam hutan raja,” ucapnya.
Dengan cepat, sang Raja mengejarnya. Sayang sekali, rusa tersebut berlari dengan sangat kencang sehingga sang Raja tak bisa menangkapnya.
Mencari Rusa Putih
Karena hari sudah semakin sore, Raja dan pasukan memutuskan tuk kembali ke istana. Raja mengutus pasukan untuk menemaninya esok hari guna mencari rusa putih tadi. Meski baru sekilas melihatnya, Raja yakin jika binatang tersebut sangatlah berarti.
Setelah pagi tiba, Raja dan pasukan bersiap-siap tuk menangkap rusa putih. Mereka menyusuri hutan dekat lautan itu. Sayangnya, rusa itu tak kunjung mereka dapatkan.
Lalu, sang Raja menemukan sebuah rumah di tengah hutan itu. Ia pun mendatangi rumah yang dihuni oleh sepasang suami dan istri tersebut. “Apakah kalian pernah melihat rusa putih di sekitar hutan ini?” tanyanya.
“Mohon maaf, Tuan, kami belum pernah melihatnya. Hanya saja, kami tahu kisah asal muasal rusa putih itu,” jawab sang suami.
Lalu, ia menceritakan asal muasal rusa putih itu berada. Sebenarnya, kini rusa putih telah tidak ada. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat jelmaanya.
Ia juga menceritakan betapa indahnya negeri yang dulunya dihuni oleh binatang berwarna putih tersebut. Jika raja dapat menemukannya, negeri itu akan menjadi tempat yang sangat nyaman tuk tinggal.
Setelah mendengar cerita tersebut, Raja sangat tertarik untuk memindahkan negerinya ke tempat itu. Dengan tekad tersebut, Raja pun mengutus seluruh pasukannya tuk mencari tempat yang dihuni rusa putih.
“Kita harus berhasil menemukan tempat asal mula rusa putih. Jika berhasil, kita akan memindahkan kerajaan dan rakyat ke tempat itu,” ucap sang Raja dengan penuh ambisi.
Ketika matahari hampir terbenam, akhirnya mereka pun menemukan tempat itu. Betapa terkejut sang Raja melihat keindahannya. Rerumputan sangat hijau. Pepohonan juga rimbun. Ada banyak pula rusa putih hidup di sana.
Raja Terserang Penyakit
Selama kurang lebih dua bulan, Raja pun berhasil memindahkan negeri beserta rakyatnya ke tempat milik para rusa putih itu. Ia lalu menamai negeri barunya dengan sebutan Patani Darussalam yang artinya negeri sejahtera.
Setelah bertahun-tahun tinggal di Patani Darussalam, tiba-tiba Raja terkena penyakit berat. Seluruh tabib terkenal di penjuru bumi ini tak ada yang bisa menyembuhkan sang Raja.
Karena itu, pemerintah kerajaan membuat sayembara, siapa pun yang bisa mengobati penyakit sang Raja, ia akan diangkat menjadi menantu raja. Tak lama setelah sayembara itu diumumkan, datanglah Syekh Sa’id yang ingin mencoba tuk menyembuhkan sang Raja.
Ia berkata pada sang Raja, “Mohon maaf, Baginda. Hamba bisa membantu Baginda, tapi ada syarat yang harus engkau penuhi.”
“Syarat apakah itu?” ucap sang Raja.
“Engkau harus memeluk agama Islam terlebih dahulu bila ingin sembuh,” ucap Syekh Sa’id.
“Baiklah, aku akan menuruti syaratmu. Asalkan aku bisa sembuh. Jika kau melanggar janjimu, akan kupenggal kepalamu,” ucap sang Raja.
Lalu, Syekh Sa’id mengajarkan ilmu agama Islam pada sang Raja. Ia juga mengajarinya solat. Setelah beberapa hari belajar dan memeluk agama Islam, penyakit sang Raja berangsur-angsur menghilang.
Tak lama kemudian, sang Raja kembali sehat. Sesuai janji, ia akan menikahkan Syekh Sa’id dengan putrinya. Namun, pria yang membantu raja tersebut menolaknya. Ia berkata bahwa dirinya ikhlas membantu Raja.
Sebelum pergi meninggalkan kerajaan, Syekh Sa’id berpesan, “Raja, engkau harus tetap memeluk agama Islam dan rajin solat bila ingin senantiasa sehat.”
Mengingkari Janji
Setelah dua tahun memeluk agama Islam dan rajin bersembahyang, sang Raja senantiasa sehat. Namun, ia tiba-tiba lalai menjalankan kewajibannya.
Ia tak lagi taat beribadah. Sebulan kemudian, ia kembali terserang penyakit. Dengan kemuliaan hati, Syekh Sa’id kembali mengobatinya. Kali ini, Raja berjanji tak akan mengingkari janji tuk memeluk agama Islam dengan sungguh-sungguh.
Namu, setahun setelahnya, Raja mengingkari janjinya lagi. Kali ini, penyakit yang ia derita semakin parah. Syekh Sa’id pun berkata, “Jika engkau mengingkari janji lagi, mohon maaf hamba tak bisa membantu baginda lagi.”
Setelah dua puluh hari lamanya, sembuhlah penyakit sang raja. Ia lalu memanggil Syekh Sa’id untuk mengajarinya ilmu agama Islam lebih dalam. Raja benar-benar ingin mempelajari agama tersebut dengan sungguh-sungguh.
Untuk menyempurnakan agamanya, Raja mengganti namanya menjadi Sultan Islami Syah Zillullah Fi I’alam. Ketiga anaknya juga berganti nama agar makin terasa keislamannya. Tak lama setelah itu, makin banyak pula rakyat yang masuk Islam.