Cerita Hikayat Sri Rama dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Kisah Upaya Penyelamatan Cinta
Hikayat merupakan cerita, kisah, atau dongeng yang aslinya menggunakan bahasa Melayu. Salah satu cerita hikayat yang cukup terkenal di Indonesia adalah tentang Sri Rama.
Kisahnya menceritakan tentang seorang pria yang berusaha untuk mendapatkan perempuan yang ia puja. Sayangnya, karena kecantikan sang putri, pria tersebut harus berjuang sepenuh hati melawan orang-orang yang ingin merebut putri tersebut.
Semakin penasaran dengan kisahnya, kan? Langsung saja simak cerita hikayat Sri Rama di artikel ini dan dapatkan juga ulasan seputar fakta menarik beserta unsur intrinsiknya. Selamat membaca!
Cerita Hikayat Sri Rama
Alkisah pada zaman dahulu kala, Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di sana, ia terpaksa harus bertapa dengan cara yang tidak biasa. Yaitu dengan posisi kaki digantung, kepala di bawah, dan ia harus bertahan dari segala urusan dunia selama dua belas tahun lamanya.
Setelah dua belas tahun, pada akhirnya Tuhan memberikan pengampunan untuknya. Sang Maha Esa pun kemudian mengirimkan utusannya untuk bertanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh Rawana sampai bertapa dalam posisi yang tidak biasa dan selama dua belas tahun.
Rawana pun mengungkapkan permohonannya akan empat kerajaan untuk dirinya sendiri. Satu kerajaan di dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Tuhan menyetujui permintaan itu, tapi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya adalah Rawana harus memerintah dengan penuh keadilan, dilarang melakukan pekerjaan haram, dan dilarang mengganggu anak dan istri orang.
Rawana akhirnya mendapatkan empat kerajaan yang ia inginkan itu. Di tiga dari empat kerajaannya, ia menikah dengan seorang putri. Pada kerajaan keindraan, Rawana menikah dengan Putri Nila Utama. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai putra bernama Indra Jat.
Di kerajaan di dalam bumi, Rawana menikah dengan Putri Pertii Dewi dan memiliki anak bernama Patala Maharayan. Sementara pada kerajaan di dalam laut, Rawana menikah dengan Gangga Maha Dewi dan memiliki anak yang diberi nama Gangga Maha Suri.
Di dunia, Rawana membangun sebuah negeri yang sanagat indah bernama Langkapuri. Sesuai janjinya, ia menjadi seorang raja yang adil di Langkapuri. Semua kerajaan di dunia takluk padanya, terkecuali empat negeri, yaitu Indrapuri, Biruhasa, Lekorkatakina, dan Aspaha.
Kehidupan Dasarata Maharaja, Ayah dari Sri Rama
Di sisi lain, di sebuah negeri bernama Isafa, terdapat seorang raja bernama Dasarata Maharaja yang tidak juga memiliki putra. Atas nasihat dari salah seorang brahmana, Dasarata Maharaja diminta untuk melakukan upacara Homam. Dalam upacara tersebut, kedua permasuri baginda diminta untuk memakan biji buah geliga.
Benar saja, tak berapa lama kemudian, Mandudari dan Baliadari, kedua permaisuri Dasarata pun akhirnya hamil. Setelah berbulan-bulan mengandung, Mandudari akhirnya melahirkan Rama dan Laksamana, sementara Baliadari melahirkan dua orang anak laki-laki bernama Beradan dan Citradan, juga seorang putri bernama Kikewi Dewi.
Dari kelima anak tersebut, Sri Rama dikenal sebagai anak yang memiliki paras paling elok dan terlihat gagah berani. Sayangnya, ia sering kali melakukan kenakalan yang membuat para menteri berharap agar yang melanjutkan posisi Dasarata Maharaja sebagai raja adalah Laksamana, Beradan, atau Citradan.
Mendengar kelahiran anak-anak itu, Rawana baru tahu kalau Dasarata Maharaja memiliki seorang istri yang memiliki paras sangat elok, yaitu Mandudari. Rawana pun langsung berkeinginan untuk memiliki sang putri elok tersebut.
Tanpa menunggu lama dan tanpa malu, ia mendatangi Dasarata Maharaja dan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki Mandudari. Siapa sangka kalau Dasarata Maharaja menyetujui keinginan Rawana dan langsung memberitahu Mandudari tentang hal itu.
Sebenarnya, Mandudari tak ingin menjadi istri Rawana. Namun, karena ia tak bisa menolak permintaan itu, akhirnya ia terpaksa mencari cara untuk mengelabuinya. Sebelum dijemput oleh Rawana, Mandudari masuk ke dalam sebuah bilik. Tak lama kemudian, keluarlah seorang puteri yang penampilannya sangat mirip dengan Mandudari. Meskipun begitu, rupanya ia bukanlah Mandudari, melainkan Mandudaki.
Kelahiran Sita Dewi, Jodoh Sri Rama
Sumber: Wikimedia CommonsPutri itulah yang pada akhirnya pulang bersama Rawana ke Bukit Serendib. Awalnya, Dasarata Maharaja yang tak mengetahui akal Mandudari sempat merasa sedih karena kehilangan salah satu istrinya yang cantik jelita. Namun, tak lama kemudian kesedihan itu menghilang karena Mandudari keluar dari bilik dan menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi.
Ia juga menceritakan bahwa puteri yang dibawa pulang oleh Rawana adalah perwujudan dari daki yang ia ubah menyerupai dirinya. Oleh karena itulah namanya adalah Mandudaki. Dasarata pun langsung merasa bahagia karena istrinya tetap ada di sisinya.
Di samping itu, Dasarata juga berhasil membujuk seorang perempuan tua untuk membawanya ke istana Rawana dan menemui sang Mandudaki. Dari pertemuan tersebut, Mandudaki dikaruniai keturunan dari Dasarata Maharaja berupa putri dengan paras yang cantik jelita dan diberi nama Sita Dewi.
Setelah Sita Dewi lahir, Rawana mendapatkan laporan dari para ahli nujum kerajaannya bahwa suatu saat nanti Sita Dewi akan membunuh Rawana. Ketika mendengar hal tersebut, tentu langsung murka lah sang raja. Ia bahkan langsung berniat untuk membunuh sang putri yang masih bayi itu.
Mandudaki yang mendengar amarah Rawana berusaha untuk menenangkannya. Ia berusaha merayu agar buah hatinya tak langsung dibunuh begitu saja. Dengan penuh permohonan, ia meminta agar Sita Dewi yang masih bayi itu diletakkan di dalam sebuah peti besi kemudian dihanyutkan ke laut. Rawana pun akhirnya menyetujui permintaan itu.
Pertemuan Pertama Sri Rama dengan Sita Dewi
Di waktu yang bersamaan, seorang raja dari negeri Darwati Purwa yang bernama Maharisi Kali tengah bertapa di laut. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan sebuah peti besi yang hanyut dan berisi seorang bayi perempuan.
Maharisi Kali pun kemudian menyelamatkan Sita Dewi dan membawanya kembali ke Darwati Purwa. Ia berniat untuk merawat dan mendidik bayi yang baru ia temukan di laut itu.
Kabar tentang penemuan seorang bayi perempuan itu pun langsung tersebar ke berbagai negeri. Banyak orang yang mengetahui kalau kini Maharisi Kali memiliki seorang putri bernama Sita Dewi.
Waktu pun berlalu dengan cepat. Sita Dewi kini tumbuh menjadi seorang gadis cantik dan bertutur kata halus. Maharisi Kali pun berniat untuk mengadakan sayembara untuk memilihkan menantu untuk sang putri.
Ia mengundang setiap laki-laki dari berbagai negeri untuk datang ke Darwati Purwa. Ia menyiapkan sebuah panah ditancapkan di halaman rumahnya. Kemudian menantang siapa pun yang bisa mengangkat panah yang tertancap tersebut dan menggunakannya untuk memanah empat puluh pohon lontar dalam sekali usaha, maka nantinya akan diterima menjadi suami Sita Dewi.
Benar saja, ada banyak anak raja yang langsung datang berkumpul di negeri yang dipimpin oleh Maharisi Kali. Beberapa di antaranya adalah putra-putra dari Dasarata Maharaja. Rawana pun turut serta hadir dan berniat mengikuti sayembara tersebut.
Dalam perjalanan mereka menuju ke Darwati Purwa, putra-putra Dasarata Maharaja itu sudah menunjukkan keberanian dan karismanya. Khususnya Sri Rama. Ketika mereka bertemu dan berhadapan dengan Raksasa Jagina, badak, dan ular naga yang biasanya sering mengganggu perjalanan manusia, dengan gagah berani Sri Rama langsung mengalahkan mereka.
Keberhasilan Sri Rama Mendapatkan Sita Dewi
Sumber: Wikimedia CommonsDi Darwati Purwa, sayembara itu pun sudah dimulai. Namun, tak peduli siapa pun yang mencobanya, tak ada satu pun yang berhasil memanah empat puluh pohon lontar sekaligus. Ketika Rawana mencoba, ia hanya bisa memanah tiga puluh delapan pohon saja.
Ketika giliran Sri Rama tiba, ia pun masuk ke gelanggang sayembara dengan penuh ketenangan. Ia menarik panah di halaman rumah Maharisi Kali dengan mudah, kemudian memanahkannya ke arah pohon lontar. Luar biasanya, panah tersebut berhasil menembus empat puluh pohon lontar sekaligus.
Hal tersebut tentu saja membuat semua hadirin dan anak-anak raja yang ada di sana terkejut. Tanpa banyak berbasa-basi, Sri Rama pun akhirnya dinobatkan akan menjadi istri dari Sita Dewi.
Namun, sebelum pada akhirnya diresmikan, Maharisi Kali berniat untuk menguji kesungguhan dan kearifan Rama. Ia pun menyembunyikan Sita Dewi di sebuah rumah berhala. Kemudian, ia memberitahukan pada Rama bahwa calon istrinya menghilang.
Benar saja, dengan kesungguhan dan kearifannya, Sri Rama berhasil menemukan Sita kembali dengan mudah. Bahkan, ketika dalam perjalanan pulang ia dihadang oleh empat orang pesaingnya yang merasa putus asa karena tak berhasil mendapatkan sang putri, Sri Rama bisa mengalahkan mereka begitu saja.
Hal itu tentunya semakin meyakinkan Maharisi Kali bahwa Sri Rama mungkin memang adalah jodoh terbaik yang akan bisa menyayangi dan melindungi Sita Dewi dengan sepenuh hati. Maharisi Kali pun kemudian menyiapkan upacara untuk menobatkan Sri Rama sebagai raja.
Sri Rama Diusir dari Kerajaan
Mendengar penobatan Sri Rama dan pernikahannya dengan Sita Dewi, Baliadri merasa kesal. Apalagi ketika ia mendapatkan hasutan dari salah seorang anak buahnya yang bernama Si Budak Bungkuk untuk menanyakan tentang penobatan Beradan atau Citradan sebagai raja. Rupanya Dasarata Maharaja sudah pernah menjanjikan hal itu pada Baliadri.
Dasarata Maharaja pun menepati janji tersebut dengan meminta Sri Rama, Sita Dewi, dan juga Laksamana untuk meninggalkan kerajaan. Dengan terpaksa, mereka pun akhirnya meninggalkan negeri itu dan pergi bertapa di dalam hutan.
Di dalam perjalanan menuju ke hutan, Sri Rama, Sita Dewi, dan Laksamana bertemu dengan beberapa orang kenalan Maharisi yang berhati dan berbudi baik. Di antaranya adalah Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti. Mereka pun dengan ketulusan hati berniat menjamu rombongan Sri Rama kemudian mengajak mereka untuk bertapa bersama.
Namun, karena merasa tidak enak, Sri Rama menolak tawaran itu. Ia pun menyatakan bahwa ia akan meneruskan perjalanan mereka ke bukit Indra Pawanam. Setelah beberapa hari, mereka pun akhirnya sampai di bukit yang dituju itu. Namun, bukit tersebut dijaga oleh seorang raksasa purba yang berniat untuk menculik Sita.
Untungnya, dengan sigap Sri Rama berhasil menyelamatkan istrinya dan membunuh sang raksasa. Sesudah memastikan Sita Dewi dijaga di suatu tempat yang aman bersama Laksamana, Sri Rama langsung membuat tempat pertapaan di bukit Indra Pawanam itu.
Tak berapa lama kemudian, Sita Dewi dan Laksamana yang tengah beristirahat mendadak mendengar suara Sri Rama berteriak meminta tolong. Sita Dewi yang mendengar hal itu langsung meminta Laksamana untuk mengecek dan menolong Sri Rama.