Cerita Si Beruang dan Si Kancil
Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor beruang besar yang dikenal sebagai penguasa hutan. Ia memiliki tubuh yang kuat dan cakar yang tajam. Namun, meskipun besar dan kuat, si Beruang memiliki sifat yang sombong dan suka memaksakan kehendaknya kepada hewan lain.
Suatu hari, saat si Beruang sedang berjalan-jalan di tepi sungai, ia melihat si Kancil yang sedang asyik menikmati rumput segar. Beruang pun menghampirinya dan berkata dengan suara menggelegar, “Hei Kancil! Aku lapar! Aku ingin kau mencarikanku madu di pohon itu!”
Si Kancil yang cerdik pun berpikir sejenak. Ia tahu bahwa pohon madu itu dijaga oleh lebah-lebah yang ganas. Jika ia menuruti perintah Beruang, tentu saja ia bisa terluka. Lalu, ia pun mendapatkan sebuah ide.
“Wahai Beruang yang kuat, aku bisa membantumu mendapatkan madu yang lezat. Tapi aku punya cara yang lebih mudah!” kata si Kancil.
Beruang yang rakus segera tertarik dan bertanya, “Bagaimana caranya?”
Si Kancil pun menjelaskan, “Kamu cukup memasukkan kepalamu ke dalam lubang pohon itu dan mendesis seperti ular. Dengan begitu, lebah-lebah akan ketakutan dan lari meninggalkan sarangnya.”
Si Beruang yang percaya diri pun langsung mengikuti saran si Kancil. Ia memasukkan kepalanya ke dalam lubang dan mendesis. Namun, bukannya lebah-lebah pergi, mereka malah marah dan menyerang si Beruang dengan sengit. Si Beruang berlari kesakitan sambil berusaha mengusir lebah-lebah yang menyengatnya.
Sementara itu, si Kancil tertawa kecil sambil berkata, “Beruang yang sombong, sekarang kau tahu bahwa tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekuatan saja!”
Sejak kejadian itu, si Beruang mulai belajar untuk tidak lagi bertindak semena-mena kepada hewan lain dan lebih menghargai kecerdikan serta kebijaksanaan.
Pesan moral: Kekuatan bukanlah segalanya. Kecerdikan dan kebijaksanaan sering kali lebih berguna dalam menyelesaikan masalah.