Cerita Dongeng Rubah dan Anggur
Alkisah pada suatu masa, hiduplah seekor rubah. Ketika musim panas tiba, hari menjadi jauh lebih terik dibandingkan biasanya. Tentunya hal itu membuat semua hewan merasa kehausan, tak terkecuali si Rubah.
Sejak pagi hari hingga sore, rubah berusaha mencari makan tapi sama sekali tak mendapatkan mangsa. Yang menjadikan situasinya menjadi lebih buruk, ia juga tak bisa menemukan sumber air sama sekali hingga membuatnya merasa sangat kehausan. Berjalan kaki dalam keadaan matahari terik benar-benar membuatnya merasa tersiksa.
“Aku harus segera mencari sumber mata air,” pikirnya.
Ia pun berjalan berkeliling dengan tubuh lunglai. Ia sempat berpikiran untuk mencari sumber makanan lain yang bisa meredakan rasa hausnya.
Tanpa terasa, ia pun berjalan cukup jauh hingga menemukan sebuah pohon anggur. Pohon tersebut terlihat berbuah lebat dan membuat rubah merasa tergoda untuk mengambilnya kemudian mencicipinya.
“Buah anggur itu pasti memiliki banyak air. Kalau memakannya, pasti dahagaku ini bisa teratasi,” pikirnya seraya menatap buah itu.
Tanpa menunggu lama, ia pun langsung mendekati pohon anggur itu. Namun, siapa sangka kalau rupanya buahnya tak bisa ia jangkau. Pohon tersebut terlalu tinggi untuknya. Tanpa kehabisan akal, ia berusaha untuk berjinjit dan menggapai buah anggur itu. Namun, ternyata tetap saja ia tak bisa menggapainya.
“Bagaimana ini? Kalau tidak bisa menggapainya, lalu bagaimana caranya aku bisa menikmati buah anggur yang telah ranum itu?” batinnya bertanya-tanya dan kebingungan.
Rubah itu kemudian melihat ke sekeliling pohon tersebut, berusaha mencari siapa tahu ada alat bantu yang bisa ia gunakan untuk memanjat dan mendapatkan buah anggur yang seolah sudah memanggil-manggilnya.
Berusaha Meraih Buah Anggurnya
Tak jauh dari sana, si Rubah melihat sebuah batang pohon yang tergeletak di tanah. Ia pun berpikiran untuk menggunakan batang itu sebagai alat bantunya untuk meraih buah-buah anggur yang telah ranum.
Tanpa menunggu waktu lama, ia pun meraih batang pohon itu dan meletakkannya di bawah pohon anggur itu. Sesudahnya, ia naik ke atas batang pohon itu dan berjinjit untuk berusaha meraih salah satu buah anggurnya. Namun, rupanya tetap saja ia masih tak bisa meraihnya. Buah itu ternyata jauh lebih tinggi daripada yang ia pikirkan.
“Sekarang apa lagi yang harus aku lakukan?” pikirnya lagi masih kebingungan.
Mendadak, ia mendapatkan ide. Si Rubah langsung menyingkirkan batang pohon yang tadinya ia letakkan di tanah, lalu berjalan mundur cukup jauh dari pohon anggurnya. Kemudian ia berlari sekencang mungkin dan melompat untuk mengambil buahnya. Sayangnya, tetap saja ia masih belum bisa menggapai buah itu.
Namun, setidaknya ia memiliki sedikit harapan. Sesaat tadi, ia bisa merasakan buah anggur itu di ujung jemarinya.
“Mungkin aku harus mengambil ancang-ancang lebih jauh,” pikirnya lagi.
Si Rubah berjalan lebih jauh dari pohon anggur itu. Dan sekali lagi, ia berusaha berlari sekuat tenaga untuk mendapatkan buah itu. Dan sama seperti sebelumnya, ia sama sekali tak bisa menggapai buah anggur itu. Si Rubah pun langsung bersungut-sungut penuh kekesalan.
“Untuk apa aku membuang waktu untuk sesuatu yang rasanya asam. Lebih baik aku mencari sungai saja untuk minum!” segera setelah mengucapkan itu, ia langsung berjalan menjauh tanpa tujuan yang jelas.