Cerita Cermin Ajaib Kisah Seorang Raja yang Mencari Ratu
Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang megah dan penuh dengan kekayaan berlimpah. Para rakyatnya hidup dengan makmur sentosa. Sebab, Raja yang memimpin sangatlah baik dan bijaksana.
Meski demikian, para rakyat terus mencibir sang Raja. “Kenapa Raja tak kunjung memiliki istri? Bukankah usianya sudah cukup matang untuk menikah?” kata seorang petani pada temannya.
“Aku juga tidak tahu. Kabarnya, Raja menginginkan sosok istri yang sempurna dan ia kesulitan unuk menemukannya,” jawab temannya itu.
“Hmm, tapi aku mendengar jika Raja terlalu sibuk mengurus negeri ini hingga ia tak sempat mencari sosok istri,” jawab petani lainnya.
“Kemarin, aku mendengar kalau Raja dikutuk oleh seorang penyihir. Ia tak bisa menikah. Kalau menikah, kejayaan negeri ini akan menghilang,” ujar salah satu teman.
“Ah, itu adalah hal yang tak benar. Raja itu sibuk mengurus negeri ini,” jawab petani bijak.
“Tapi, bukankah kita juga butuh seorang Ratu? Raja butuh keturunan untuk meneruskan tahtanya. Kalau ia tak menikah, bagaiamana mungkin mendapatkan seorang pangeran?” tanya petani.
Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari banyak warga. Sejatinya, mereka penasaran kenapa Raja tampan mereka tak kunjung menikah.
Raja Mengadakan Sayembara
Desas-desus warga yang mencibir Raja ini terdengar hingga pengawal istana. Ia lalu menyampaikan kabar tak sedap itu kepada utusan Raja. Sontak, utusan Raja sangat terkejut. Ia lalu melaporkan kepada Raja,
“Baginda Raja, hamba hendak mengatakan kabar buruk,” ucapnya.
“Kabar buruk apa yang ingin kau sampaikan padaku?” jawab Raja penasaran.
“Para warga rupanya saling bertukar gosip terkait Raja yang tak kunjung menikah,” ucap utusan istana itu.
“Bagaimana kata mereka?” tanya Raja.
“Ada yang mengatakan jika Raja terlalu mencari wanita yang sempurna. Ada pula yang mengatakan jika Raja dikutuk oleh seorang penyihir,” jelas utusan Raja sambil menunduk khawatir pemimpinnya tersinggung.
“Hahaha, rakyat-rakyatku memang lucu. Mereka bisa saja mengarang cerita,” ucap Raja sambil tertawa.
“Mereka juga mengatakan kalau Raja butuh Ratu agar memiliki penerus tahta,” imbuh utusan istana.
“Hmm, benar juga. Aku selama ini terlalu sibuk mengurus negara sampai-sampai tidak sempat memikirkan asmara,” ucap Raja sambil berpikir.
“Kalau begitu, apakah Baginda Raja akan memutuskan tuk menikah?” tanya utusan istana.
“Tentu saja aku akan menikah. Kalau begitu, coba sebarkan sayembara bahwa aku mencari seorang Ratu,” ucap Raja.
“Sayembara? Untuk seluruh rakyat di negeri ini?” ucap utusan Raja.
“Tentu saja,” jawab Raja.
“Apakah baginda tak ingin memilih Ratu dari anak pemerintah kerajaan? Atau mungkin anak dari Raja dari negeri lain?” tanya utusan kerajaan.
“Mereka boleh ikut. Tapi, aku membuka sayembara untuk seluruh rakyat di negeri ini. Aku punya penilaian sendiri tentang tipe istri idamanku. Dan siapa pun berhak mengikuti sayembara ini,” ucap Raja.
“Baiklah, Tuan. Aku akan mengundang seluruh perempuan di negeri ini untuk mengikuti sayembara ini,” ucap utusan kerajaan.
Sayembara Mencari Ratu
Sore itu juga, utusan kerajaan menyampaikan pesan Raja. “Teruntuk para perempuan di negara ini, siapa pun itu, baik anak petani, anak penggembala, atau pun anak pemerintah kerajaan, dan ingin menjadi Ratu, datanglah ke kerajaan esok hari. Sebab, Raja sedang mencari seorang calon Ratu. Siapa pun boleh datang. Raja akan menilai sendiri siapa perempuan yang cocok untuknya,” ucap sang utusan kerajaan.
Para untuk-anak-perempuan perempuan antusias untuk mengikuti sayembara itu. Mereka langsung menyiapkan gaun yang paling cantik untuk digunakan esok hari. Mulai dari anak petani hingga anak petinggi kerajaan ingin mengikuti sayembara tersebut.
Di sisi lain, ada seorang gadis bernama Fiona yang sebenarnya enggan mengikuti sayembara itu. Tapi, sang ayah menyuruhnya ikut.
“Anakku, kau kan sudah dewasa, apakah kau tak berkenan ikuti sayembara dari Raja?” tanya ayah gadis itu.
“Emm, memangnya seorang Raja mau menikahi perempuan kampung seperti aku?” tanya Fiona.
“Kalau berdasarka sayembara, semua orang boleh mengikuti sayembara itu. Raja tak memandang status sosial dari calon Ratu,” ujar sang ayah.
“Menurut ayah, haruskah aku mencoba datang ke sana? Sebenarnya, bukan menjadi Ratu tujuanku. Melainkan karena Raja adalah pria yang baik dan bijak. Siapa yang tak ingin punya suami bijak?” ucap Fiona.
“Benar, Anakku. Tak ada salahnya jika kamu ingin mencoba. Datanglah esok hari,” kata sang Ayah.
Cermin Ajaib
Keesokan harinya, banyak sekali wanita yang berkumpul memenuhi halaman istana. Tak lama kemudian, Raja yang tampan dan bijaksana dengan para pengawal yang mendampinginya ke halaman istana.
“Wahai seluruh rakyatku. Aku mendengar jika kalian penasaran kenapa aku tak kunjung menikah. Bukan karena dikutuk atau apa pun itu, aku hanya terlalu sibuk mengurus negeri ini. Tapi, berkat kalian, aku menyadari jika negeri ini butuh seorang Ratu,” ucap Raja.
“Maka dari itu, aku mengumpulkan kalian di halaman istana dengan tujuan untuk mencari seorang Ratu. Aku tak memiliki kriteria khusus. Hanya saja, aku ini menikah dengan siapa pun di antara kalian yang berani bercermin di depan cermin ini,” imbuhnya.
Raja lalu mengeluarkan sebuah cermin dan ia berikan ke pengawalnya. Para wanita yang memenuhi halaman istana saling berbisik karena cermin yang Raja maksud sangatlah indah.
Pinggiran cermin itu terbuat dari emas dengan ukiran-ukiran yang sangat cantik. Karena penasaran, salah satu perempuan mengangkat tangannya.
“Baginda, mohon maaf, bolehkah hamba mengajukan pertanyaan?” tanya perempuan itu.
“Boleh-boleh saja. Pertanyaan apakah itu?” jawab Raja.
“Apa yang harus kami lakukan di depan cermin itu? Hanya berkaca saja?” tanyanya penasaran.
Banyak yang Mengundurkan Diri
“Tentu saja hanya bercermin. Tak ada yang perlu kalian lakukan di hadapan cermin ini. Sebab, di depan cermin ini segala kebaikan dan keburukan kalian semasa hidup akan tampak di dalamnya. Jika memang kalian ingin menjadi ratuku, silakan maju ke depan untuk bercermin,” ucap Raja.
Seluruh wanita di halaman istana langsung saling berbisik. Mereka merasa takut. “Bagaimana jika seluruh kesalahanku di masa lalu terungkap?” tanya mereka berbisik.
Satu persatu di antara mereka pun mengurunkan niat untuk mengikuti sayembara Raja. Mereka takut semua keburukan akan terlihat di dalam cermin milik Raja itu.
“Mereka tak ada yang berani bercermin, Tuan. Bagaimana bila Tuan tak mendapatkan seorang Ratu,” bisik utusan kerajaan.
“Pasti ada wanita yang bercermin. Aku percaya itu,” ucapnya.
Di antara ratusan wanita yang ada di halaman istana, hanya tersisa satu wanita sederhana, yaitu Fiona. Ia berani melangkah ke depan untuk menemui Raja.
“Tuan, perkenalkan nama hamba Fiona. Hamba adalah anak seorang petani,” ucap perempuan itu.
Para wanita yang tadinya undur diri terbelalak melihat keberanian Fiona. “Wah, berani sekali anak petani itu. Apakah ia merasa dirinya sempurna?” ucap salah seorang wanita yang merasa iri.
“Baiklah, Fiona. Apakah kamu hendak bercermin?” tanya Raja.
“Tentu saja, Tuan. Sebelum itu, izinkan hamba mengatakan sesuatu,” ucap Fiona meminta izin.
“Baiklah, silakan katakan apa yang kamu inginkan,” ucap Raja.
“Perlu Tuan ketahui, di dunia ini tak ada satu pun manusia yang terlahir sempurna. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Yang terpenting adalah bagaimana kita mau belajar atas kesalahan itu. Hamba tak takut jika cermin itu nanti menampakkan keburukan-keburukanku, karena hamba terus berupaya mengubah diri menjadi lebih baik dari kemarin,” jelas Fiona.
Tak Menunjukkan Keburukan Apapun
Raja tersenyum mendengar perkataan Fiona. Ia lalu mempersilakan wanita cantik berpenampilan sederhana itu untuk bercermin.
Tak lama Fiona bercermin, tidak ada satu hal buruk pun yang muncul di cermin itu. Fiona terkejut. “Tidak mungkin, hamba pernah melakukan keburukan. Hamba tidak sempurna,” ucap wanita itu kaget.
Seluruh orang yang melihatnya pun ikut terkejut. “Mana mungkin hal itu bisa terjadi? Memangnya dia tidak pernah berbuat salah?” mereka berbisik.
Lalu, Raja pun menenangkan keributan. “Rakyatku, tenanglah. Sebenarnya, cermin ini bukanlah cermin ajaib. Cermin ini hanyalah cermin biasa. Sesungguhnya, aku hanya ingin menguji kepercayaan diri kalian. Sebab, aku mencari seorang Ratu yang percaya diri sehingga ia bisa ikut andil dalam menyejahterakan negeri ini,” ucap Raja.
Seluruh rakyat dan jajaran pegawai istana yang ada di situ bertepuk tangan. Mereka merasa kagum dengan keputusan Raja dalam mencari seorang pendamping.
Tak lama kemudian, Raja dan Fiona pun resmi menikah. Pesta pernikahan diadakan dengan mewah dan mengundang seluruh rakyat.
Mereka hidup bahagia dan tak lama kemudian lahirlah seorang pangeran tampan. Para rakyat pun tak kalah bahagia menyambut Ratu dan pangeran.