KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

CERITA INDONESIA

Cerita 12 Putri Menari dengan Misterius

Alkisah, pada zaman dahulu, di negeri yang jauh di sana ada seorang raja kaya raya yang memiliki 12 anak perempuan cantik. Raja sangat menyayangi dan melindungi seluruh anak perempuannya.

Setiap malam, keduabelas putri tidur di dalam satu ruangan yang sangat besar dengan kasur yang berbeda-beda. Kamar mereka tampak mewah dan megah. Sebelum mereka tidur, Raja selalu memastikan anak-anaknya baik-baik saja.

Pada suatu pagi, Raja mendapati sesuatu yang aneh. Sepatu anak-anaknya tampak kusam dan berlubang, seakan-akan mereka telah menari sepanjang malam.

Setiap hari, Raja memberi mereka sepatu baru. Namun, pada keesokan harinya, sepatu mereka tampak lusuh lagi. Begitu seterusnya. Raja merasa para putri pergi menari.

Akan tetapi, Raja tak tahu bagaimana itu bisa terjadi atau di mana anak-anaknya menari. Ia lalu bertanya pada seluruh jajaran pegawai istana, tapi tak ada satu pun yang tahu dari mana para putri semalaman.

Merasa khawatir dengan keselamatan anak-anaknya, sang Raja memutuskan untuk mengunci pintu kamar para putri saat mereka tidur. Ia juga meminta pengawal istana untuk menjaga kamar putri dengan ketat.

“Jaga kamar anak-anakku dengan baik. Jangan biarkan mereka keluar atau jangan biarkan ada orang yang masuk. Aku tak ingin ada hal buruk menimpa mereka,” ucap sang Raja khawatir.

Meski Raja telah mengunci ruangan dan para pengawal siaga menjaga kamar putri, keesokan harinya tetap saja sepatu mereka tampak lusuh dan berlubang. “Anak-anakku, ke manakah kalian berada saat malam? Kenapa tiap pagi sepatu kalian tampak lusuh?” tanya Raja.,

“Emm, kami hanya tidur, Ayah. Bukankah ayah mengunci dan menjaga kamar kami?” ucap Putri Sulung.

Raja hanya terdiam mendengar jawaban sang putri. Namun, ia tak berhenti mengkhawatirkan anak-anaknya.

Mengadakan Sayembara

Setelah berpikir semalamam, akhirnya Raja memutuskan tuk membuat sayembara. “Pengawal, aku perintahkan kalian untuk menyebarkan sebuah pengumuman penting,” perintah Raja.

“Pengumuman apakah itu, Baginda?” tanya salah satu pengawal.

“Seperti yang kalian ketahui, anak-anakku sepanjang malam menari hingga sepatu mereka kumuh dan berlubang. Karena itu, sebarkan sayembara bahwa aku sedang mencari orang yang bisa menemukan rahasia tersebut. Siapa pun boleh mencobanya. Jika ia laki-laki, maka ia akan menjadi menantuku dan boleh memilih salah satu anakku. Jika perempuan, akan kuberi ia hadiah apa pun keinginannya,” ucap Raja.

“Namun, bagi siapa pun yang mencobanya dan tidak berhasil setelah tiga hari tiga malam, maka akan dihukum mati,” imbuhnya.

Para pengawal pun bergegas memberitahukan sayembara itu ke seluruh penjuru negeri. Kabar tersebut tersebar dengan cepat hingga ke luar negeri. Lalu, datanglah seorang pangeran tampan dari negeri seberang.

“Tuan, hamba adalah anak dari Raja negeri seberang. Hamba ingin mencoba memecahka rahasia dari para putri,” ucap pangeran tersebut.

Dengan senang hati Raja menyambut pangeran itu. “Aku berharap lebih padamu. Semoga saja kau bisa memecahkan misteri ini,” ucap Raja.

Lalu, pengawal mengantar pangeran ke kamar sebelah kamar para putri. Pangeran itu sangat senang karena ia berbaring di sebelah kamar para gadis cantik. Ditambah lagi, kamar putri dibiarkan terbuka begitu saja agar pangeran bisa memberikan pengawasan.

“Aku akan terus mengawasi mereka dan menjadi salah satu suami dari para gadis cantik itu,” ucapnya dalam hati.

Ketika malam tiba, putri bungsu datang menghampiri kamar pangeran. “Tuan pangeran, aku bawakan segelas anggur merah untuk menyambutmu,” ucapnya.

“Oh, terimakasih, Putri cantik. Aku akan meminumnya,” dengan satu tegukan saja ia berhasil menghabiskan minuman itu.

Tak Ada yang Berhasil

Setelah memberikan minum, putri bungsu kembali ke kamarnya. Pangeran tidak menutup kamarnya karena ingin mengawasi gerak gerik para putri. Namun, tak lama kemudian, tiba-tiba saja pangeran mengantuk dan tertidur begitu saja.

Pangeran tidur dengan sangat pulas. Ia terbangun ketika fajar datang. “Hah, kenapa aku malah tertidur? Wah, pagi sudah datang. Gagal sudah aku mengawasi para putri,” ucapnya dalam hati.

Ketika ia melihat ke kamar sebelah, sepatu-sepatu putri telah kumuh dan penuh lubang. “Gawat! Besok aku tak boleh gagal!” ucapnya dalam hati.

Namun, pada malam kedua dan ketiga, pangeran lagi-lagi tertidur dan gagal mengawasi para putri. Pada akhirnya, pangeran mendapatkan hukuman mati.

“Sesuai sayembara yang kujanjikan, maka kuperintahkan para pengawal untuk menghukum mati pangeran itu. Seorang Raja tidak akan pernah mengingkari janjinya,” ucap Raja memerintahkan pada para pengawal.

Beberapa hari kemudian, datanglah pria yang lainnya. Namun, ia juga mengalami nasib nahas. Ia ketiduran dan menyia-nyiakan kesempatannya. Maka, hukuman mati harus ia terima.

Tak hanya sekali dua kali, beberapa pria gagal dalam mencari tahu apa yang para putri lakukan. Raja sampai sedih karena mereka.

“Aku tak suka menghukum mati orang-orang. Tapi, bagaimana dengan anak-anakku? Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka?” ucap Raja merasa sedih dan bertanya-tanya.

Prajurit yang Terluka

Di sisi lain, ada seorang pemuda yang merupakan mantan prajurit perang. Ia tak lagi menjadi prajurit karena mengalami luka-luka dalam pertarungan.

Suatu hari, ia merasa sangat bosan karena harus berdiam diri di rumah. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan.

“Apa yang harus aku perbuat sekarang? Apakah aku harus pergi ke kerajaan untuk mencari pekerjaan?” ucapnya dalam hati.

Setelah berpikir sekian lama, akhirnya, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke istana dan menemui raja. “Ya, benar. Aku harus ke istana kerajaan untuk mencari pekerjaan. Aku yakin mereka punya pekerjaan untukku karena aku telah mengabdi di sana sekian lamanya,” ucapnya dalam hati.

Ia bergegas pergi ke istana. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seorang nenek yang sedang mengalami kesulitan karena barang-barannya berjatuhan. Di saat orang lain tak peduli, pemuda itu menolong sang nenek dengan tulus.

“Nek, apakah kau baik-baik saja? Silakan nenek duduk saja. Biarkan aku yang mengambil barang-barangmu,” ucap pemuda itu dengan lembut.

“Hai, anak muda. Terima kasih karena telah membantuku. Kau mau ke mana?” tanya sang nenek.

“Sebenarnya, aku hendak ke kerajaan, Nek,” jawab pria itu.

“Oh, apakah kau hendak mengikuti sayembara itu?” tanya sang nenek lagi.

“Sayembara apa, Nek? Aku hanya mencari pekerjaan karena sudah cukup lama di rumah saja,” jawabnya.

“Kalau begitu, ikutilah sayembara yang Raja adakan. Ia ingin mencari tahu ke mana perginya para putri saat malam. Jika kau berhasil menemukannya, kau bisa menikahi salah satu di antara mereka,” jelas wanita tua itu.

“Begitu rupanya,” jawab prajurit yang tampak tertarik dengan sayembara tersebut.

“Apakah kau tertarik untuk mengikutinya? Aku sarankan kau tak meminum anggur yang putri berikan padamu jika ingin berhasil mengetahui keberadaan mereka. Lalu pura-puralah tidur setelah menerima anggur itu. Terimalah hadiah jubah ajaib ini karena kau telah membantuku. Jubah ini bisa membuatmu tak terlihat,” ucap sang nenek misterius itu.

“Baiklah, Nek, terimakasih,” ucap pemuda itu.

Prajurit Mengikuti Sayembara

Setelah membantu sang nenek, pemuda itu melanjutkan perjalanannya ke kerajaan. Ia juga membawa jubah ajaib yang nenek berikan. Selama perjalanan, sang prajurit memikirkan nasihat dari nenek.

Ia lalu memutuskan untuk mencoba peruntungannya dengan mengikuti sayembara itu. “Tampaknya aku ingin mencoba mengikuti sayembara itu. Siapa tahu aku mendapatkan keberuntungan,” ucap sang pria.

Sesampainya ia di istana, Raja menyambutnya dengan baik. Raja berharap kali ini sang prajurit bisa menemukan rahasia dari anak-anaknya. Sejatinya, ia merasa sedih karena telah menghukum mati beberapa orang.

Saat malam tiba, prajurit berwajah tampan itu dibawa ke kamar dekat ruangan para putri. Saat dia akan berbaring, Putri bungsu membawakan secangkir anggur.

“Hai, Tuan. Selamat datang di istana kami, untuk menyambutmu, aku bawakan segelas anggur merah. Minuman ini bisa menghangatkan badanmu,” sang Putri.

Prajurit itu lupa akan nasihat sang nenek. Ia lalu meminum sampai habis minuman itu. Alhasil, ia pun merasa sangat mengantuk dan tertidur dengan pulas hingga pagi datang.

“Oh, tidak! Seharusnya aku memakai jubah di malam hari dan mengawasi para putri. Tapi, kenapa aku malah ketiduran?” keluhnya dalam hati.

Pada malam kedua, prajurit itu mengawasi lagi dengan seksama kamar putri. Ia tak ingin melewatkan sedetikpun kegiatan para gadis cantik itu.

“Kali ini, aku tak akan ketiduran. Aku harus bisa menahan rasa ngantuk agar bisa mengawasi para putri dan memecahkan misteri sepatu,” ucap prajurit itu.

Tak lama setelah itu, datanglah putri kedua membawakan segelas jus lemon untuk prajurit. Sayangnya, prajurit masih belum ingat dengan pesan sang nenek. Ia pun langsung meminum air pemberian sang putri.

Tentu saja dia pun tertidur lagi. Keesokan harinya, ia kembali menyalahkan dirinya sendiri. “Kenapa aku terus-terusan tertidur? Rasanya memang sangatlah mengantuk,” ucapnya dalam hati.

Ia lalu melihat isi tasnya dan menemukan jubah pemberian sang nenek. Dari situ barulah ia sadar, “Oh! Bodoh sekali aku! Aku melupakan nasihat nenek yang aku temui dua hari lalu. Harusnya aku tidak meminum apa pun dari para putri. Pasti ada obat tidur yang diberikan oleh putri-putri itu. Rupanya mereka sangat nakal,” gumamnya.

Malam Terakhir

Pada hari ketiga, Raja menemui prajurit muda itu. “Dua hari sudah berlalu dan kau masih belum bisa memecahkan misteri sepatu para putri? Jika kau gagal hari ini, aku akan memberikan hukuman mati padamu,” ucap Raja sambil meninggalkan sang prajurit.

Prajurit harus memecahkan misteri itu malam ini. Untuk terakhir kalinya, ia berjaga dan mengawasi kamar putri. Seperti dua malam sebelumnya, kali ini yang datang membawa minum adalah Putri Sulung.

Dengan senyumnya yang manis, ia memberikan minum pada prajurit. “Tuan prajurit, kau pasti haus. Ini aku berikan padamu jus jeruk yang lezat,” ucapnya.

“Emm, baiklah Putri. Aku akan menghabiskan minuman ini nanti,” jawab sang prajurit.

Putri lalu kembali ke kamarnya. “Kak, sudah kau berikan minuman itu ke prajurit?” tanya salah satu adiknya.

“Sudah, adikku. Ia nanti akan tertidur, lalu kita bisa menari lagi,” jawab si sulung.

Sesuai nasihat dari sang nenek, prajurit itu tidak meminum anggur yang putri berikan. Ia lalu berpura-pura tertidur. Tepat jam 11 malam, si bungsu dan kakaknya mendatangi kamar prajurit.

“Tampaknya ia sudah tertidur, Kak. Aku bisa mendengarnya mendengur. Kita bisa menari sekarang,” ucap si Bungsu.

Mereka lalu tertawa terbahak-bahak. “Orang ini tak seharusnya mengikuti sayembara. Bukankah banyak pria yang telah mati karena tak sanggup memenuhi syarat yang Raja berikan? Hmm, harusnya ia bisa lebih cerdas dan bijak,” ucap kakak tertua.

“Kau tak tampak tak rela membiarkannya mati, Kak. Ada apa?” tanya salah satu adik.

“Emm, tidak apa-apa,” jawab si sulung. Tampaknya, ia sedikit tertarik dengan ketampanan prajurit itu. Namun, ia tak boleh bersikap egois hanya karena perasaannya itu.

Mengikuti Para Putri

Setelah itu, para putri membuka lemari pakaian dan memilih gaun cantik. Mereka mengganti pakaian tidur dengan gaun-gaun itu. Tak lupa mereka berdandan dengan sangat cantik. Mereka melompat-lompat kegirangan. Tampaknya, para putri ini sangat bersemangat untuk menari.

Lalu, tiba-tiba si bungsu berkata, “Kakak-kakakku, tidakkah kalian merasa khawatir? Entah kenapa, kali ini perasaanku sungguh tak enak. Tampaknya, akan ada kejadian buruk menimpa kita.”

“Tenanglah adikku. Tidak akan ada kejadian buruk yang menimpa kita. Sekarang, cepatlah bersiap-siap, karena para pangeran telah menunggu,” jawab kakak perempuan tertua.

Setelah semua putri siap, sang kakak tertua lalu menggesar kasurnya dan bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Secara ajaib, kasur itu terbuka dan terdapat sebuah tangga menuju ke bawah tanah.

Para putri secara bergantian menuruni tangga itu. Putri bungsu berada di paling belakang sementara kakak tertua memimpin jalan. Tangga itu sangat panjang dan berjumlah ratusan anak tangga.

Di sisi lain, sang prajurit terus mengawasi mereka secara diam-diam. Ia lalu mengenakan jubahnya dan mengikuti para putri. Tak lama kemudian, si bungsu menghentikan langkahnya.

“Kakak-kakak, tidakkah kalian merasa ada orang lain yang mengikuti kita?” ucap si bungsu.

“Tenanglah adikku, tidak ada yang mengikuti kita. Kamu tak perlu merasa khawatir,” ucap kakak pertama.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan. Tanpa sengaja prajurit menginjak gaun si bungsu. Putri terakhir itu pun langsung berteriak, “Kakak! Ada yang menginjak gaunku,” ucapnya ketakutan.

Kakak pertama segera mendekati adiknya. “Tidak ada apa-apa, Adikku. Tidak ada satu pun orang yang mengikuti kita. Kau hanya merasa terlalu takut dan khawatir. Bersikaplah tenang,” ucap sang kakak dengan bijak.

Akan tetapi, kakak-kakak lainnya sangat kesal. Kakak kedua juga tak berhenti mengomeli adiknya si bungsu. “Kalau kau terus-terusan merengek, lebih baik kau kembali ke kamar!” ucapnya.

Mengumpulkan Barang Bukti

Setelah menuruni seluruh tangga, mereka lalu melewati pepohonan berdaun perak dan berkilau dengan indah. Prajurit lalu mengambil beberapa daun sebagai tanda bukti tempat tersebut.

Saat ia menariknya, terdengar suara gemuruh dari pohon itu. Suara itu terdengar oleh putri bungsu dan membuatnya ketakutan. “Kakak, tidakkah kau mendengar suara gemuruh dari pepohonan? Aku belum pernah mendengar sebelumnya,” ujar si bungsu.

Dengan bijak dan tenang, kakak tertua berkata, “Oh, mungkin kau hanya mendengar suara para pangeran yang sedang menantikan kehadiran kita. Tak usah takut.”

Usai melewati rerimbunan perak, mereka pun berjalan di pepohonan emas. Prajurit kembali menarik dedaunan emas itu sebagai bukti. Suara gemuruh kembali terdengar oleh sang putri bungsu. Tapi, ia hanya diam saja karena khawatir kakak-kakaknya akan marah.

Terakhir, mereka melewati sebuah pepohonan berlian. Seperti biasa, prajurit mengambil daun sehingga suara gemuruh pun tercipta. Si bungsu mendengarnya, tapi ia memilih diam.

Lalu, tibalah mereka di sebuah danau yang cukup besar. Di sisi danau itu terdapat dua belas perahu kecil dengan pangeran di masing-masing perahu. Mereka tampak menunggu para putri.

Setiap putri pergi ke masing-masing perahu. Prajurit itu lalu menaiki perahu yang sama dengan si bungsu. Saat perahu melaju, pangeran yang mendayung perahu merasa berat.

“Putri, entah kenapa aku merasa perahu ini semakin berat. Sekuat apa pun aku mendayung, kita bisa melaju dengan cepat. Kapal ini tak seringan biasanya,” ucap sang Pangeran.

“Benarkah? Aku juga merasa sangat hangat di sini. Tak sedingin biasanya. Tapi, sebenarnya aku merasa ada banyak hal aneh yang terjadi hari ini,” ucap sang putri. Di balik jubah ajaib, sang prajurit hanya bisa menahan napas karena khawatir kehadirannya diketahui oleh semua orang.

Menari di Sebuah Istana Megah

Di sisi lain danau tersebut, berdirilah sebuah istana yang sangat megah. Prajurit muda itu terkesima. “Bagaimana mungkin ada istana megah di bawah istana? Sungguh hal yang sangat mustahil,” ucapnya dalam hati.

Lalu, mereka mendarat di dekat istana itu. Para pangeran menggandeng tangan para putri dan mulai masuk ke istana. Dengan perlahan, prajurit muda mengikuti mereka.

Di dalam istana itu terdapat aula yang sangat besar dan mewah. Para pangeran dan putri memasuki aula itu. Mereka lalu menari dan berdansa dengan penuh suka cita.

Karena tak kuasa menahan lapar, prajurit pun memakan sepotong roti yang rupanya milik si bungsu. Putri bungsu terkejut meliha kue yang hendak ia makan melayang.

“Hei! Kueku kenapa bisa terbang dengan sendirinya,” teriaknya terkejut.

“Sudahlah! Berhenti mengatakan hal-hal yang membuatmu ketakutan. Tenanglah dan jangan membuat semua orang takut,” ucap kakak ketiga.Si bungsu pun hanya bisa terdiam mendengar ucapan kakaknya. Ia lalu beristirahat sejenak karena berpikir dirinya kelelahan.

Prajurit mengambil piala emas yang ada di istana itu dan memasukannya ke dalam tas. “Aku harus membawa piala ini sebagai bukti tentang istana ini,” ucapnya dalam hati.

Para putri menari dengan riang hingga jam tiga pagi. Tak heran bila sepatu mereka lantas kumuh dan berlubang. Setelah selesai menari, mereka pun kembali ke perahu untuk pulang ke kerajaan. Kali ini, parajurit tak menaiki perahu si bungsu melainkan si sulung.

Kembali ke Istana

Pangeran yang mendayung perahu bersama putri sulung pun bertanya. “Aku rasa perahu yang kita naiki tak seringan tadi. Rasanya semakin berat,” ucap pangeran itu.

“Aku rasa itu karena aku semakin bahagia telah menari malam ini. Mungkin saja karena itu aku menjadi lebih berat,” Putri Sulung selalu punya jawaban bijak untuk setiap pertanyaan. Hal itu membuat prajurti yang bersamanya merasa tertarik.

Setibanya di danau dekat istana, para putri berpisah dengan pangeran. Mereka melambaikan tangan pada pangeran-pangeran yang mulai mendayung pergi. “Kami akan datang lagi besok malam,” ucap salah satu putri.

Saat perjalanan kembali ke istana, prajurit tampan itu mendahului para putri. Ia lalu kembali ke kamar dan berpura-pura tidur. Ketika kedua belas putri itu sampai di kamar megah, mereka langsung mengintip ke kamar prajurit.

“Syukurlah ia masih tertidur pulas,” ucap putri kedua.

Mereka dengan cepat berganti pakaian dari gaun ke baju tidur. Lalu, mereka melepas sepatu dan pergi tidur. Sang prajurit merasa senang karena ia berhasil memecahkan misteri sepatu putri. “Akhirnya aku bisa memecahkan misteri ini dan membantu raja menuntaskan kekhawatirannya,” ucap si prajurit dalam hati.

Menceritakan Misteri Sepatu Putri Pada Raja

Ketika matahari telah terbit, Raja menemui prajurit itu. “Apakah kau sudah berhasil menemukan misteri sepatu anakku yang lusuh?” tanya Raja.

“Tentu saja Raja, aku telah menemukan jawabannya,” ucap Prajurit itu tersenyum. Ia secara runtut menceritakan ke mana perginya para putri hingga sepatu mereka rusak dan lusuh.

Raja awalnya tak percaya. “Mana ada kastil megah di bawah istanaku. Kau pasti mengarang agar terhindar dari hukuman mati,” ucap Raja.

Untung saja, pemuda itu membawa bukti. “Aku yakin kau pasti tak percaya dengan omonganku. Karena itu, aku membawakanmu barang-barang unik yang ada di sana,” ucapnya sambil memberikan dedaunan dan piala emas yang ia bawa.

Raja lalu memercayai perkataan pemuda itu. “Sekarang aku percaya dengan kata-katamu,” ucap Raja. Ia lalu memanggil seluruh putri untuk memastikan kembali cerita dari sang pemuda itu.

Mereka tak bisa mengelak karena semua itu benar adanya. “Iya benar, Ayah. Selama ini, kami memang pergi ke kastil di bawah istana ini untuk menari. Kami sangat menyukainya,” ucap Putri Sulung.

“Tapi, Anakku, tidakkah kau merasa ada yang salah? Siapa sebenarnya mereka? Apa kalian tak takut bila mereka berbuat kejahatan?” ucap Raja.

Sejak saat itu, akses menuju ke kastil bawah tanah ditutup oleh Raja. Tak ada satu pun putri yang boleh memasukinya. Raja melakukan semua itu semata-mata karena mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya.

Prajurit Memilih Putri

Ketika sore menjelang, Raja kembali menemui pemuda itu. “Kau prajurit yang jujur. Aku sudah bertanya pada anak-anakku dan mereka mengakuinya. Sesuai janjiku, kamu kuberi waktu semalam untuk memilih siapa putri yang akan kau nikahi,” ucap Raja.

“Tapi sebenarnya aku hanya ingin membantumu Raja. Aku tak ingin bila para putri terpaksa menikah denganku,” ucap prajurit itu dengan bijaksana.

“Tenang saja. Putri-putriku tidak akan merasa terpaksa. Ditambah lagi kamu sangat tampan dan pemberani, mereka pasti menyukaimu,” ucap Raja.

“Aku beri kau waktu hingga esok hari,” ucap Raja seraya meninggalkan pemuda itu.

Semalaman, pemuda itu tak bisa tidur. Ia terus-terusan memikirkan putri siapa yang kan jadi pilihannya. “Aku tak megenal siapa mereka. Mana mungkin aku memilih salah satunya,” ucapnya bingung.

Karena sangat bingung, ia pun keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan ke istana. Putri Sulung datang menghampirinya dan memberikan segelas air putih.

“Apakah air ini akan membuatku merasa mengantuk?” tanyanya.

Sang putri tertawa dan berkata, “Tentu tidak. Kau ini sangat lucu. Rahasia kami sudah terkuak. Untuk apa membuatmu tertidur,” ucap sang Putri Sulung.

“Walau aku dan adik-adikku tampak nakal karena telah melanggar peraturan istana, kami sebenarnya tak seburuk itu. Kau orang yang baik. Kami tak akan menolak jika kau meminta salah satu dari kami untuk menikah denganmu,” ucap Putri Sulung tersenyum.

Ia tahu jika pemuda itu tak bisa tidur karena harus memilih salah satu di antara 12 putri. Ucapan itu membuat sang prajurit semakin yakin dengan pilihannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *