KUMPULAN CERITA RAKYAT

Kumpulan Seluruh Cerita Rakyat Indonesia dan International

CERITA INDONESIA

Kisah Batu Rantai dari Kepulauan Riau

Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja bernama Seri Maharaja. Ia memimpin Kerajaan Tumasik, Kepulauan Riau.

Paduka Seri Maharaja bukanlah raja yang bijak dan baik. Warga mengenalnya sebagai raja yang kejam, tamak, dan suka bertindak semaunya sendiri. Tak jarang, ia melakukan hal yang sangat merugikan rakyatnya.

Pada suatu hari, negeri Tumasik tiba-tiba mendapatkan musibah. Ada ratusan ribu ikan todak yang datang menyerang para warga. Tak hanya warga sekitar pantai saja, mereka yang tinggal daerah pedalaman pun tak luput dari serangan ikan berparuh runcing dan panjang ini.

Tak sedikit warga mengalami luka-luka akibat keganasan ikan todak. Kemudian, Paduka Seri Maharja memerintahkan rakyat untuk membuat pagar betis sebagai penghalang serangan ikan todak.

Akan tetapi, usaha tersebut tak membuahkan hasil. Ribuan ikan todak terus mengamuk dan menyerang masyarakat. Semakin hari, semakin bertambah pula rakyat yang menjadi korban.

Seorang Anak Kecil

Pasukan kerajaan kelimpungan. Mereka bingung memikirkan solusi yang tepat untuk menghadang ikan todak. Dalam kondisi serba bingung, tiba-tiba ada seorang anak kecil datang menghadap paduka raja.

Ia dengan lantang berkata, “Ampun Baginda Raja, saya hendak menyampaikan sesuatu,” ucapnya.

“Siapa kau? Apa yang ingin kau ucapkan?” jawab raja.

“Saya Kabil, Raja. Saya ingin memberi tahu kalau pagas betir tak akan bisa menghentikan serangan ikan todak. Justru akan semakin banyak korban yang berjatuhan,” ucap anak itu.

Mendengar kritik dari Kabil, Paduka Raja malah murka. “Berani-beraninya kau memberi nasihat kepadaku. Emangnya kau siapa!” teriak sang raja.

“Saya berasal dari Bintan Penaungan, Tuan. Saya sangat mengenal perilaku ikan todak. Serangan mereka tak akan berhenti dengan pagar betis. Kalau boleh saya memberi saran, lebih baik siapkan batang-batang pisang saja. Ikan todak kalah dengan batang pisang,” ucap Kabil.

Meski sudah membentak Kabil, Baginda Raja Seri Maharaja menuruti saran anak itu. Sebab, ia tak memiliki pilihan lain.

“Baiklah, aku akan mencoba saran darimu. Bila gagal, kan kusuruh orang-orang untuk membunuhmu. Camkan itu!” ancam sang raja.

Ia lantas memerintahkan pengawal istana dan para warga untuk memagari daerah Tumasik dengan batang pisang. Mereka bahu membahu menebang pohon-pohon pisang dan menjadikannya sebagai pagar.

Para rakyat dan pengawal istana bekerja keras dan tak kenal waktu. Mereka berupaya agar pagar batang pisang segera menutupi negeri Tumasik. Sementara itu, sang raja malah asyik menikmati kudapannya di dalam istana.

Berhasil Selamat

Setelah lama bekerja keras, akhirnya Tumasik berubah menjadi negeri berpagar batang pisang. Benarlah saran Kabil, pagar batang pisang yang rapat mampu menanggulangi serangan ikan-ikan todak.

Mulut para ikan yang lancip itu menusuk batang-batang pohon pisang dan mereka pun tersangkut. Rakyat lantas memotong ikan-ikan todak. Ternyata, daging ikan todak terasa nikmat sehingga para rakyat pun bersuka cita.

Mereka menganggap semua ini adalah berkah dari musibah yang baru saja terjadi. Para rakyat bersyukur karena mereka juga tak perlu bersusah payah mencari lauk untuk makan. Jika lapar, mereka hanya tinggal mengambil ikan todak yang tersangkut bantang pohon pisang dan memasaknya

Saking bahagianya, mereka pun membuat pantun ikan todak yang berbunyi, “Tumasik dilanggar todak. Todak melanggar batang pisang. Orang tua berperangai budak. Seperti aur ditarik sungsang.

Mengetahui bahwa Kabil adalah seorang anak yang menyerankan batang pisang sebagai pagar, para warga pun sangat memujanya. Mereka beranggapan Kabil adalah sang penolong.

Mengetahui hal tersebut, Paduka Raja dan pejabat-pejabat lainnya merasa gusar. Mereka khawatir bila rakyat lebih memilih Kabil yang memimpin istana. Bila benar terjadi, maka Paduka Raja Seri Maharaja dan pejabat-pejabatnya harus lengser.

Karena itu, Paduka Raja memikirkan sebuah rencana. “Para pejabatku, kita harus segera menyingkirkan Kabil. Bila tidak, bisa saja posisi kita di istana ini terancam. Kabil itu anak cerdas. Kita tak bisa mengusirnya begitu saja. Ia pasti punya cara untuk selalu kembali ke negeri ini,” ucap sang raja.

“Ampun Baginda Raja, lantas apa yang sebaiknya kita lakukan?” tanya salah satu pejabat istana.

Setelah merenung sejenak, Baginda Raja angkat bicara. “Kita harus menangkap Kabil. Lalu, lilitkan rantai besi pada seluruh tubuhnya. Masukkan ia ke dalam kurungan raja dan tenggelamkan dalam laut. Dengan begitu, Kabil akan mati tenggelam,” ucap sang raja.

Membuang Kabil ke Lautan

Dengan terpaksa, para pengawal kerajaan menuruti perintah Paduka Raja Seri Maharaja. Mereka lalu menangkap Kabil dan mengikatnya dengan rantai besi. Kemudia, mereka memasukkannya ke dalam kurungan besi. Lantas, mereka membawanya menuju perairan Pulau Segantang Lada.

Baginda Raja turut serta dengan kapal itu untuk menyaksikan Kabil tenggelam. Sebelum ditenggelamkan, Kabil sempat bertanya kepada sang raja. “Beginikah caramu membalas saran dan kebaikan yang telah kuberikan? Bukankah kau hanya akan membunuhku bila saranku gagal? Bukankah rakyatmu berhasil lolos dari serangan ikan tadok karena saran dariku?” ungkap Kabil geram.

“Hahaha, kau hanyalah anak kecil yang bodoh,”ungkap sang raja. Tak ada kalimat lain yang ia ucapkan. Bahkan ucapan terima kasih pun tidak.

Setibanya di tengah laut, para pengawal raja melemparkan Kabil ke dalam laut. Karena terjerat rantai besi dan kurungan baja, Kabil tak dapat menyelamatkan diri.

Tak lama setelah masuk ke dalam laut, tiba-tiba saja air sekitar tempat itu berpusar-pusar dengan keras seperti sedang meronta-ronta. Lalu, kapal yang membawa raja dan para pejabat serta beberapa pengawal istana pun terseret pusaran air. Para warga lalu menamai tempat Kabil tenggelam dengan sebutan Batu Rantai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *