Cerita Gajah Mada dan Pencuri Misterius
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang baik bernama Hayam Wuruk. Ia memimpin Kerajaan Majapahit.
Tak hanya baik hati, Raja Hayam Wuruk juga terkenal cerdas dan pemberani. Dalam masa kepemimpinannya, ada seorang komando prajurit istana bernama Gajah Mada.
Sama dengan Hayam Wuruk, ia juga terkenal pandai, pemberani, dan perkasa. Masa kepemimpinan mereka membuat membuat Majapahit menjadi kerajaan yang makmur, aman, dan sejahtera.
Kerajaan Majapahit sendiri sangatlah besar dan mewah. Di dalamnya terdapat bangunan bernama Gedong Pusaka yang berisi harta-harta berharga kerajaan, seperti perhiasan, mahkota, koin emas, keris, dan masih banyak lagi.
Karena berisi barang-barang berharga, gedung itu dijaga dengan ketat oleh para pengawal istana. Bahkan, gedung itu dibuat dari tembok besar dan tebal. Dengan penjagaan dan gedung yang terbangun kokoh, hampir tidak mungkin orang bisa membobolnya.
Menghebohkan Istana
Pada suatu malam, tiba-tiba muncullah kabut yang sangat tebal di sekitar kerajaan. Cuacanya pun terasa sangat dingin. Keadaan tersebut sangat tidak lazim di Kerajaan Majapahit.
“Tuan, kenapa cuaca malam ini dingin sekali?” tanya seorang prajurit kepada komandannya, Gajah Mada.
“Mungkin ini adalah pertanda bahwa sebentara lagi hal yang besar akan terjadi. Entah itu hal buruk atau hal baik. Kita berdoa saja agar yang terjadi adalah kebaikan,” ucap Gajah Mada.
Tak lama kemudian, Raja Hayam Wuruk memanggil Gajah Mada. “Gajah Mada, dalam situasi seperti ini, ada baiknya jika kita memperketat keamanan. Kerahkan seluruh prajurit untuk berjaga, terutama di Gedong Songo. Jangan sampai hal buruk terjadi di kerajaan kita,” perintah Raja.
Lalu, Gajah Mada mengerahkan seluruh prajurit untuk berjaga. Setiap satu jam sekali, para prajurit harus melaporkan keadaan pada Gajah Mada. Artinya, semua prajurit dan Gajah Mada terjaga dan tak tidur.
Awalnya, kerajaan baik-baik saja. Tidak ada kejanggalan dan keanehan yang terjadi. Pun, tidak ada serangan dari luar. Namun, saat fajar hampir tiba, tiba-tiba saja para prajurit Gedong Pusaka melaporkan bahwa pintu gedung itu telah terbuka.
“Tuan, Tuan! Gawat! Pintu Gedong Pusaka tib-tiba saja terbuka,” ucap salah satu prajurit pada Gajah Mada.
Komando prajurit itu terkejut. “Bagaimana bisa? Bukankah kalian selalu menjaganya?” tanyanya terkejut.
Ia langsung bergegas ke Gedong Pusaka. Ketika mereka masuk dan melakukan pengecekan, rupanya ada banyak sekali pusaka yang hilang. Sejumlah emas koin pun menghilang.
Saat itu pula, Gajah Mada langsung menginterogasi seluruh jajaran prajurit yang menjaga Gedong Pusaka. Ia memberi beragam pertanyaan kepada mereka. Pencurian ini menjadi sebuah misteri. Karena para penjaga sama sekali tak pernah meninggalkan Gedong Pusaka.
Gajah Mada lalu melaporkan pencurian itu kepada Raja Hayam Wuruk. Namun, baginda Raja diam saja. Ia seolah-olah tak memerdulikan kejadian itu.
Keanehan Terus Terjadi
Karena Raja Hayam Wuruk tak memerintahkan apa pun, Gajah Mada pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak melakukan interogasi lebih lanjut. Untuk berjaga-jaga, ia memperbanyak dan memperketat sistem keamanan di Gedong Pusaka.
Malam pun tiba. Kali ini, malam terasa hangat dan tenang, tak ada kabut yang mengitari kerajaan. Tiba-tiba saja, para prajurit dikejutkan dengan seseorang yang berlari dengan sangat cepat dari depang Gedong Pusaka.
Mereka langsung mengejar orang itu. Tapi, karena ia berlari dengan sangat kencang, para prajurit kehilangan jejak orang itu. Namun, mereka bisa melihat kalau orang aneh itu berjalan menuju tempat istirahat Raja.
Beberapa prajurit langsung melaporkan kejadian itu pada Gajah Mada. Ia lalu memerintahkan para prajurit untuk melakukan pengepungan dan penjagaan ketat di tempat Raja.
Tak lama kemudian, tiba-tiba ada kabut memenuhi tempat Raja. Saking tebalnya, para prajurit sampai tidak bisa mengawasi tempat Raja. Lama kelamaan, kabut itu meluas hingga ke seluruh kerajaan.
Keesokan harinya, ada kejadian aneh menimpa Kerajaan Majapahit. Langit tampak cerah dan matahari bersinar terang. Namun, Kerajaan Majapahit tertutup oleh langit yang sangat gelap. Sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melihat.
Ditambah lagi, Raja tak pernah keluar dari singgasananya. Para prajurit istana terus mengepung tempat Raja karena mereka meyakini bahwa pencuri bersembunyi di dalamnya.
Para prajurit terus berteriak meminta si pencuri untuk menyerah. “Menyerahlah kau, Pencuri! Kami akan terus mengepungmu! Dan bila terjadi apa-apa dengan Raja, kami tak akan segan-segan membunuhmu!” ucap prajurit yang berjaga.
Menjadi Misteri
Setelah berjam-jam menunggu, Raja tak kunjung keluar dan pencuri pun tak menampakkan diri. Para prajurit dan Gajah Mada tak punya wewenang untuk memasuki singgasana Raja tanpa perintahnya.
“Tuan, apa yang sebenarnya terjadi? Awan mendung dan kabut tak kunjung menghilang dari kerajaan kita. Sedangkan langit di luar tampak cerah,” tanya salah satu prajurit.
“Entahlah. Kita tak akan pernah tahu apa yang terjadi di sini,” ucap Gajah Mada.
Tak berselang lama, tiba-tiba ada seseorang yang melempar batu ke para prajurit. Beberapa dari mereka terluka berat. Menganggap hal tersebut sebagai keadaan darurat, Gajah Mada pun masuk ke singgasana Raja untuk menyelamatkannya.
Namun, hal mengejutkan terjadi. Di dalam sana, Raja tampak biasa saja. Ia juga berkata bahwa tidak ada seorang pun yang memasuki singgasananya. Gajah Mada melapor jika istana tiba-tiba berkabut dan langit mendung.
Sayangnya, Raja tidak merespon apa-apa. Ia juga tak meminta Gajah Mada untuk berbuat sesuatu. Lalu, Gajah Mada keluar dari singgasana Raja dan mengatakan pada para prajurit bahwa pencuri tidak ada di sana.
Mereka lalu berasumsi jika pencuri adalah makhluk ghaib, bukan manusia. Beberapa bulan kemudian, langit di Kerajaan Majapahit tetap gelap dan Raja pun tak memberikan mandat apa pun. Ia seolah-olah pasrah dengan keadaan itu.
Bertahun-tahun kemudian, kasus pencurian itu masih menjadi misteri dan langit mendung serta kabut tak kunjung pergi. Hal itu membuat Kerajaan Majapahit mengalami kerugian besar. Perekonomian pun melemah. Karena itu, Kerajaan Majapahit pun runtuh.